Selasa, Mei 16, 2017

“Pantulan Hadis Arbain An-Nawawi: Sebuah Kontemplasi”



Pengantar
Alhamdulillahi rabbil-alamin, yang telah memanjangkan umur kita mendekati bulan ramadan 1438 H. Tulisan ringkas ini berawal dari pertanyaan antar teman tentang kapan puasa tahun ini dimulai. Setelah memantau imsakiyah ramadan yang diterbitkan tim kanwil kementerian agama provinsi aceh, diketahui bahwa saat itu sudah sedemikian dekat, yaitu puasa hari pertama ramadan bertepatan tanggal 27 Mei 2017.

Terlepas dari khilaf kapan akan memulai dan mengakhiri puasa wajib tahun ini, saya merasa belum melakukan persiapan yang layak untuk menjalankan puasa tahun ini lebih baik dari sebelumnya. Berangkat dari kesadaran tersebut, saya berharap ada sedikit kebaikan yang dapat membuat puasa ini lebih bernilai secara pribadi dari tahun-tahun sebelumnya.

Ide sederhana yang terlintas  di benak saya adalah membaca hadis, satu hadis satu hari. Kitab arbain yang disusun Imam  Nawawi tampaknya adalah pendekatan yang tepat karena jumlah hadisnya yang tidak terlalu banyak, dan saya kira bisa dicerap oleh pikiran saya yang dangkal. Tentu kadar pencerapan saya tidak bisa dibandingkan dengan para ulama yang telah mendalami hadis dan ilmu-ilmu keagamaan secara khusus.

“Pantulan Hadis Arbain An-Nawawi: Sebuah Kontemplasi” adalah gambaran bagaimana saya memahami hadis. Diibaratkan kumpulan hadis Imam Nawawi adalah sebuah lampu terang benderang, sementara saya adalah sebuah objek yang berusaha memantulkan cahaya dari lampu tersebut, dengan harapan saya memperoleh mamfaat dari apa yang telah disabdakan Rasulullah SAW, yang berdampak pada nilai ibadah puasa saya khususnya, dan kehidupan dunia akhirat pada umumnya.

Saya memilih memulai dengan hadis yang terakhir, maksudnya hadis yang tertera pada akhir susunan Imam Nawawi untuk seterusnya mengikuti jumlah sisa hari puasa menjelang Idul Fitri. Hal ini karena kelemahan jiwa saya yang akan merasa semakin berat bila dimulai dari bilangan kecil menuju bilangan yang besar.  Sebaliknya akan terasa mudah bila dari bilangan yang besar hingga bilangan yang kecil. Billahi taufiq walhidayah.

Catatan : Matan hadis dan terjemahan hasil copas di internet, kritik, saran, sharing, juga mengutip dipersilahkan.

***
Hadis No. 42

Imam Nawawi meletakkan hadis berikut pada susunan terakhir kitabnya. Sahabat Nabi Saw, Anas, berkata: saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : Allah SWT berfiman :

يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوْتنِي وَرَجَوْتنِي غَفَرْتُ لَك عَلَى مَا كَانَ مِنْك وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ! لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُك عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتنِي غَفَرْتُ لَك، يَا ابْنَ آدَمَ! إنَّك لَوْ أتَيْتنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُك بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً"

Terjemahannya kurang lebih :

Wahai manusia, selama kamu mau berdoa dan memohon ampunan kepada-Ku, Kuampuni semua dosa-dosamu tanpa kecuali. Wahai manusia, jika seandainya dosamu memenuhi langit sekalipun, kemudian kamu memohon ampun, tentu Kuampuni. Wahai manusia, seandainya kamu kembali kepadaku berlumur dosa seberat bumi sekalipun, tapi kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, niscaya aku akan memberimu  ampunanku seberat itu pula.

Tentu yang memahami bahasa arab akan memiliki sensasi tersendiri membaca hadis qudsi ini. Namun secara gamblang kita bisa mengetahui bahwa Allah sangat pemurah dan penuh kasih sayang. Dengan karunia Allah yang sangat luas, mudah saja bagi-Nya untuk mengampuni dosa manusia, tapi hanya bagi manusia yang memohon dan butuh kepada ampunan-Nya.

Digambarkan dalam hadis qudsi di atas, seandainya dosa manusia sampai ke langit sekalipun, mungkin maksudnya dosa besar ya, tentu akan Allah ampuni jika mau bertaubat, demikian saya mencernanya.  

Sementara itu, jika manusia terlanjur mati, penuh dengan dosa-dosa kecil, belum sempat bertaubat, tapi tidak menyekutukan Allah, Allah akan mengampuni juga dosa-dosanya. Luar biasa bukan???

Bukankah bulan ramadan dikenal juga dengan bulan pengampunan, maka sudah tiba saatnya bagi kita untuk menyatakan dengan sungguh-sungguh bertaubat kepada Allah dan berharap memperoleh karunia yang amat besar di bulan yang mulia ini.

Bagi yang telah terlanjur melakukan dosa besar, selama kita masih hidup pintu taubat selalu terbuka. Dan sebaik-baik taubat saya kira adalah pada bulan yang mulia ini. Lalu bagaimana dengan dosa-dosa kecil, apa perlu kita tunda taubatnya karena bila terlanjur matipun akan diampuni oleh Allah SWT? Wallahu a’lam.

Saya kira dosa-dosa kecil dalam hadis ini bukanlah dosa atau kesalahan pada umumnya pemahaman kebanyakan orang, karena dosa-dosa kecil yang bertumpuk tentu menjadi besar pula pada akhirnya.

Mungkin lebih tepat jika dosa tersebut adalah kelalaian dari mengingat Allah, karena banyaknya kesibukan hidup di dunia. Tapi pada saat yang sama tetap berada dalam iman dan agama yang benar, yaitu Islam. Sebagai muslim, sekurang-kurangnya tentu selalu sahalat lima waktu dan bersyahadat di dalamnya, berpuasa ramadhan, menyedekahkan harta dan membantu fakir miskin, serta berhaji ke baitullah jika mampu.

Saya kira, hadis qudsi ini ibarat paket promo dan penawaran yang berlaku secara terbatas. Artinya tidak semua orang akan memperoleh paket tersebut. Hanya ada dua tipe yang biasanya memperoleh paket promo, yaitu orang yang beruntung dan orang yang ngotot.

Yang beruntung, karena namanya keberuntungan, tanpa usahapun dia akan memperolehnya. Yang ngotot, karena keinginannya yang luar biasa, dia akan memenuhi semua ketentuan dan syarat yang diberlakukan untuk paket promo tersebut.

Bagaimana dengan saya? Kiranya saya setengah beruntung dan setengah ngotot. Beruntung karena telah memulai kontemplasi terhadap karya susunan Imam Nawawi ini, dan tentunya masih harus ngotot menyelesaikannya hingga idul fitri nanti.

Semoga Allah selalu melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan para pengikutnya sekalian hingga akhir zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar