Jumat, Juli 15, 2011

Panggilan Shalat dan Anak Yatim

Ada dua hal yang menggugah saya, yang pertama peristiwa tadi malam (kamis malam, 14 Juli 2011) ketika sedang cari kuliner bu si itek dengan sensei Ronin, dan yang kedua sore ini (jumat, 15 Juli 2011) ketika mengantarkan sumbangan dari gaji ke 13 ke Rumah Yatim di Banda Aceh.

Setelah berputar-putar dari Jl. Muhammad Jam sampe peunayong mencari bu si itek yang sesuai, akhirnya diputuskan menuju ke setuy, tepat di depan masjid Tgk. Umar, ada yang jualan bu si itek, kabarnya laris, enak dan yang uniknya, kalo terdengar suara azan, langsung saja para pekerjanya meninggalkan tempat jualan menuju masjid untuk shalat.

Kami sampai di sana kira-kira 5 menit sebelum azan isya, sudah ada beberapa pelanggan yang sedang menikmati makan malam dengan menu khas kuah si itek. Begitu kami duduk di kursi, azan segera berkumandang, dan benar saja, para pelayannya yang berjumlah 4 orang langsung berangkat ke masjid, tidak peduli ada yang mau pesan atau ada yang belum bayar. Antara ya dan tidak, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu di situ, bukan hanya karena sekedar yakin bahwa shalat isya bisa kita lakukan kemudian (kalo umur panjang...) tapi juga untuk melihat tanggapan dari para pelanggan.

Dengan sabar saya dan sensei ronin melanjutkan diskusi tentang berbagai hal. Uniknya, tdiak ada satu orangpun pelanggan yang beranjak, yang sudah selesai makan tidak langsung lari, tapi tetap duduk menunggu pelayan kembali dari shalat untuk membayar. Bahkan, pelanggan yang mau membeli untuk dibawa pulang juga ikut menunggu di depan gerobak daganngan, padahal kondisi sedang hujan rintik-rintik.

Apakah Allah mengikat mereka di sini, karena yang punya mengikat dirinya dnegan kewajiban shalat berjamaah di masjid di awal waktu? 10 menit kemudian para pelayan kembali, segala sesuatunya kembali berjalan normal sekan tidak pernah ada jeda sebelumnya. Yang sudah selesai segera membayar, dan yang baru datang, termasuk kami, juga segera mendapatkan sepiring nasi hangat dan semangkuk kecil daging bebek berkuah.

Wah, memang lezat, lain dari yang lain. Sensei Ronin bilang, ini mungkin bukan sekedar resep yang unik, tapi juga diiringi zikir dan niat yang tulus dalam mengolahnya. Anggota Jamaah tertentu? berpakaian Jubah dan Berjenggot? sama sekali bukan, penampilannya biasa-biasa saja, seperti anak muda lainnya. Luar biasa, akhirnya kami juga memesan kembali masing-masing satu porsi.

Antara malu dan kenyang, kami diajari bahwa Allah tidak melalikan rezeki hamba yang tidak melalaikan kewajibannya. ***

Tadi sore, karena sudah terlanjur menasehati orang supaya menyedekahkan sebahgian gaji-13-nya. Mau tak mau saya juga malu hati kalo tidak bersedekah. Setelah putar-putar sebentar akhirnya saya memutuskan datang ke Rumah Yatim di Jalan Residen Danu Broto No. 13 Lam-lagang Banda Aceh.

Rumah Yatim ini sudah berdiri setahun lebih, demikian penjelasan ibu yang menjadi penanggungjawab rumah yatim, sekaligus penerima tamu dan summbangan di serambi depan sebuah rumah yang dijadikan asrama bagi sekitar 21 anak yatim.

Saya tidak sempat menanyakan nama ibu tersebut, yang dari penuturannya berasal dari Bandung, Pusat Rumah Yatim Arrahman di seluruh Indonesia. Rumah Yatim di Banda Aceh ini adalah yang ke 12, yang termuda, sekaligus yang perkembangannya agak lamban.

Di sini kami menampung, mendidik, membina dan melatih anak-anak yatim ataupun piatu yang diantarkan oleh orang tuanya yang tidak mampu. Mereka semuanya anak-anak aceh, ada yang korban konflik, ada juga yang korban tsunami, juga ada yang karena masalah rumah tangga orang tuanya.

Anak-anak ini tidak hanya makan, tidur dan bersekolah. Mereka juga belajar mengaji, berbagai ketrampilan, mengikuti kursus bahasa inggris dan mata pelajaran yang di-UN-kan, hingga ada yang khusus belajar Tilawatil Quran.

Anak-anak di sini pintar-pintar, Pak, kata ibu itu kepada saya. Kami mengantar mereka ke tempat les dan ke sekolah, sebahagiannya lagi, kami mendatangkan guru atau pelatihnya ke asrama ini. Di sini, meskipun anak yatim, ada yang rangkin satu, Pak, lanjut ibu itu antusias.

Tapi kami belum bisa berbuat lebih banyak. Sebenarnya masih banyak anak yatim atau piatu yang tidak bisa kita terima di sini, karena keterbatasan ruang dan sarana. Insya Allah dalam beberapa minggu ke depan kita punya kemudahan untuk menerima empat orang lagi, semuanya nanti jadi 25 orang, yang tertua sudah kelas 1 SMK, yang paling muda masih usia pra sekolah.

Ibu, mungkin banyak orang aceh yang tidak tahu keberadaan rumah yatim ini, makanya yang membantu masih sedikit, saya menghibur. Mudah-mudahan kalo sudah banyak yang tau, akan ada lebih banyak yang membantu, apa lagi anak-anak yang ibu asuh ini adalah anak-anak aceh, saudara mereka juga.
Saya kembali hanya bisa menghibur, karena jumlah titipan sumbangan yang saya bawa kesana, sungguh amat sedikit dibandingkan pengeluaran bagi anak-anak ini setiap harinya.

Mari bantu anak-anak aceh untuk masa depan yang lebih baik dengan menyumbang di Yayasan Rumah Yatim Arrahman, Jl. Residen Danu Broto No.13 Lam-lagang Banda Aceh. Telp. 0651-48453

***