Selasa, Maret 18, 2008

The New Saladin, the New Hope

Untuk anakku, dan anak-anak muslim lainnya

Shalahuddin adalah nama besar yang dikenal di timur dan dibarat. Seorang Pendekar yang dikenal tidak hanya penaklukan-penaklukan fisik yang dilakukannya, tapi juga dikenal karena berhasil menaklukkan hati Raja Richard, yang dikenal teguh sebagai the lion heart.

Mungkin Shalahuddin al-Aiyubi adala salah satu representasi kepribadian Nabi Muhammad SAW yang mewujud pada salah satu ummatnya yang memiliki komitmen teguh untuk memelihara kehormatan ummat islam dengan Quran dan Sunnah.

Dunia ini terdiri dari demensi lahir (fisik) dan dimensi batin (non-fisik). Karenanya prestasi yang mesti diraih oleh manusia juga harus meliputi prestasi fisik dan prestasi batin. Melalui prestasi fisik, kamu membuktikan bahwa keyakinanmu benar, dan melalui prestasi batin, kamu memelihara kemenanganmu, tidak hanya untuk satu hari, tapi untuk selama-lamanya.

Hari ini, dunia membutuhkan Shalahuddin yang baru untuk meneruskan misinya, menyebarkan agama Nabi SAW, menegakkan hukum Allah, dan memenangkan hati musuh-musuh-Nya.

Hiduplah dengan takwa, belajarlah dengan sabar, dan berjuanglah dengan akhlak. Dunia menantimu untuk mengukir sejarah baru. Supaya manusia hari ini bisa mengerti, bahwa kebenaran itu pasti menang, dan sang pemenang bukanlah seperti sang penindas.

Anakku, kalahkan mereka dengan “pedang”-mu, taklukkan hati mereka dengan akhlakmu. Doa kami menyertaimu, semoga Allah selalu menolongmu, bepegang tegulah hanya kepada-Nya, selalu….. Amin!

Sabtu, Maret 08, 2008

MIMPI BERTEMU NABI MUHAMMAD SAW

Mimpi dapat dibagi dalam dua kategori, mimpi yang tidak terencana
dan mimpi yang direncanakan. Mimpi yang pertama adalah bunga tidur, dan yang kedua adalah harapan-harapan


Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in. Tulisan ini tidak akan menceritakan mimpi bertemu Nabi Muhammad layaknya sebuah sinetron religi yang sering ditayangkan di televisi, tidak, karena meskipun ada hadis bahwa setan atau iblis tidak bisa meniru wujud Nabi SAW, namun kita tidak bisa berspekulasi bahwa yang kita lihat di dalam mimpi itu adalah nabi yang mulia, Muhammad SAW. Kita tidak pernah berjumpa beliau sebelumnya ketika beliau masih hidup, bahkan kita juga awam dengan hadis-hadis dan sunnahnya. Bagi kita hari ini, beriman kepada nabi, layaknya beriman kepada Allah, malaikat, jin, takdir, dan hari kiamat. Satu-satunya yang masih bisa kita sentuh dengan mudah adalah al-Kitab, al-Quran al-Karim.

Itu mungkin sebabnya, Allah pada awal surat al-Baqarah menegur kita hari ini dengan alladzina yu’minuna bilghaibi wayuqimunashhalata wamimma razaqnahum yumfiqun (QS.2:2), sedangkan orang-orang yang semasa dengan rasul ditegur dengan walladzina yu’minuna bima unzila ilaika wama unzila minqablik (QS.2:3). Dua-duanya, baik yang dahulu maupun yang sekarang, selama tidak meragukan kebenaran kandungan al-Quran sebagai Firman Allah, dianggap sebaggai orang-orang yang selamat, ulaika ’ala hudan mirrabbihim waulaika humul muflihun. Yang masih hidup mestinya berada dalam kebenaran (syari’at, shirath al-mustaqim), dan yang telah mendahului kita, semoga berada dalam kenikmatan tiada akhir (radhiallahu ’anhum wa radhu ’anh).

Kembali pada judul tulisan ini, mimpi dapat dinagi dalam dua kategori, mimpi yang tidak terencana dan mimpi yang direncanakan. Mimpi yang pertama adalah bunga tidur, dan yang kedua adalah harapan-harapan. Harapan-harapan inilah yang menjadi mimpi penulis, dan juga saudara-saudari sekalian, kita tentunya ingin sekali berjumpa dengan nabi yang mulia, yang dipuji oleh Allah dengan ungkapan innaka la’ala khuluqin ’azhim.

Betapa tidak, bukankah pamor para selebritis seringkali mencuri hati dan pikiran kita, bahkan membuat kita mabuk sehingga rela melakukan hal yang remeh-remeh dan mengorbankan hal yang besar-besar. Kenapa tidak hati ini tercuri oleh pesona sang nabi akhir zaman, jiwa menjadi mabuk, sehingga rela disebut gila, aneh, atau kolot. Bedanya, pesona sang nabi tidak berupa gemerlapnya lampu warna-warni, pakaian seksi, kendaraan yang mewah, atau hidangan yang lezat dan beragam seperti yang sering kita dambakan selama ini, di dalam keramaian dan kemeriahan itu, kita tidak akan menemuinya, karena Nabi SAW akan menghindar dan menjauh, Nabi berdoa, Ya Allah, hidupkan aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkan aku bersama orang-orang miskin.

Nabi Islam orang miskin?! Demikian kiranya keterkejutan orang-orang yang tidak beriman, dan mereka semakin jauh dari petunjuk karena mengharapkan kekayaan, kelimpahan, kekenyangan. Seharusnya nabi itu adalah yang paling hebat diantara kita, yang paling kaya, yang paling berlimpah harta bendanya, yang tidak perlu takut akan kelaparan karena ketiadaan pangan. Orang-orang ini lalu menyusun suatu hirarki prestasi yang kita kenal sebagai Teori Kebutuhan Maslow.

Bagaimana pula sikap orang Islam itu sendiri yang mengaku beriman kepada Nabi? Apakah mereka menjadi malu dan mengorbankan nabinya seperti orang-orang yang mempecayai bahwa isa disalib untuk menebus dosa-dosa manusia, maka muhammad mesti hidup miskin supaya umat manusia dapat pula berbuat sesuka hatinya, supaya Tuhan senang dan mengabaikan dosa-dosa makhluk yang lain, begitukah?

Maaf, penulis sendiri juga malu dengan kemiskinan, dan karenanya penulis mencoba mencari pemecahan lain yang lebih berani dan lebih terhormat, nabi bersabda kalau kamu sudah kehilangan rasa malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu. Logikanya, nabi juga tidak kehilangan rasa malunya, dan kemiskinan yang dimaksudkan oleh nabi, tentunya juga tidak memalukan.

Nabi memang miskin, namun bukan kemiskinan yang kita kenal dan takuti seperti hari ini. Kemiskinan yang kita kenal adalah kemiskinan yang lemah, kemiskinan yang penuh keputus-asaan, kemiskinan yang penuh penyakit, sampah, masalah, bahkan kemiskinan yang mendekati kekufuran dan kemusyrikan sebagaimana yang juga dikhawatirkan oleh Umar Ra.

Nabi memiliki kekuasaan, tapi dia tidak tenggelam di dalamnya, nabi miskin. Nabi memiliki pengaruh, tapi tidak terseret oleh hawa nafsunya, nabi miskin. Nabi memiliki ilmu dan hikmah, tapi tidak menjadi sombong, nabi miskin. Nabi memperoleh harta rampasan lebih besar dari yang lainnya, seperlima, tapi tidak tersisa di kantongnya sedikitpun ketika matahari beranjak sore pada hari yang sama, nabi miskin. Nabi tidak berzakat, tidak menerima zakat, nabi kita miskin.

Nabi meninggal dalam kemiskinan, karena tidak meninggalkan sedikitpun harta untuk keluarganya. Nabi ingin dibangkitkan pada hari kiamat bersama orang-orang miskin, yaitu keluarganya yang setia, sahabat-sahabatnya yang kesatria, dan umat-umatnya yang rela miskin seperti nabi, untuk menyelamatkan manusia dari bahaya kemiskinan itu sendiri.

Apa??? Anda bilang nabi tidak berzakat! Bukankah Nabi Muhammad yang membawa syariat zakat? Allah mengulang-ulang perintah zakat dalam al-Quran, dan Abubakar adalah sahabat nabi yang utama, bukankah beliau juga memerangi orang yang tidak mau membayarkan zakat? Jangan-jangan... bahaya...!!!

Saudara, nabi tidak perlu berzakat, kecuali zakat fitrah, karena tidak ada hartanya yang bisa mencapai nisab, kenapa? Karena nabi tidak pernah menumpuk hartanya, demikian pula dengan para sahabat yang mulia. Mereka membelanjakan hartanya di jalan Allah tampa takut miskin atau sengsara seperti kita. Mereka tidak perlu menanti satu tahun atau emnunggu hasil panen untuk beramal shaleh, mereka telah menjual semuanya kepada Allah. Innallahassytara minal mu’minina amwalahum wa anfusahum biannalahum jannah.... Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar (QS.9:11).

Membunuh? Terbunuh? Maksudnya mereka, para kekasih Allah, adalah orang-orang yang rela melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, rela mengorbankan apa saja demi mengharap ridha Allah. Para kekasih Allah, ikhlas menerima semua penderitaan, tantangan, dan cobaan dalam membuktikan kesetiannya kepada Allah. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun.

Apa ini berarti anda setuju dengan terorisme? Tidak. Orang-orang beriman tidak bisa disamakan dengan teroris. Teroris mungkin melakukan hal yang luar biasa dan menggemparkan, tapi mereka tidak akan berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan manusia, apalagi di hadapan Allah. Orang-orang mukmin sejatinya tidaklah menakut-nakuti manusia dan makhluk pada umumnya karena cahaya keimanan menghalanginya, sebaliknya mereka ditakuti karena mereka lebih mencintai kemiskinan dari pada kekayaan, mereka lebih suka berpuasa dari pada menyantap hidangan yang lezat. Hati mereka hidup dan selalu berzikir kepada Allah, sehingga orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit membenci mereka.

Ya, menjadi manusia ideal dihadapan Allah tidak berarti disukai oleh seluruh manusia, demikian pula, disenangi oleh seluruh manusia juga tidak berarti akan diridhai oleh Allah. Demikianlah perjalanan nabi kita Muhammad SAW, pun Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Musa, dan Nabi Isa ’alaihimus salam.

Tidakkah ini mirip sebuah mimpi, mimpi yang menyebabkan manusia mengurangi tidurnya dan memperbanyak amal shalihnya di dunia. Ya Muhammad Ya Habibi, Neupreh kamo bak ulee titi, sinan neupreh Ya Muhammad, neubi syafaat kemudian hari...