Rabu, Mei 18, 2011

Ketajaman Pedang Umar bin Khattab AlFaruq

yang pernah baca kisah miyamoto mushashi mungkin ingat ada bagian cerita dimana seorang jago pedang mengrimkan potongan rangkaian bunga kepada penantangnya, maksudnya supaya yang menantang bisa menilai betapa tajam kualitas pedang dan kematangan tekniknya dalam memotong tangkai bunga. tapi hanya mushasi saja yang memahaminya, karena dia juga ahli pedang.

yang baca cerita silat cina juga ada kisah serupa, ketika salah seorang jago pedang dari jepang menyambangi cina, dia memberikan ranting yang dipotong dengan pedangnya sebagai bahan uji kepada calon lawannya, sekali lagi yang mengerti ilmu pedang yang bisa memahaminya.

Jauh hari sbelumnya, kira-kira 1400 tahun yang lalu, kejadian serupa terjadi diantara para sahabat Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan bahwa Amru bin Ash yang menjadi gubernur mesir hendak menggusur rumah salah seorang penduduk miskin di sebuah lokasi yang hendak dijadikan masjid besar. Penduduk miskin ini adalah seorang beragama yahudi yang telah menghabiskan sebagian besar waktunya berusaha dan mengumpulkan harta sehingga bisa memiliki rumah mungil tersebut. Tentu saja rencana penggusuran ini (meskipun ada ganti ruginya) sangat menyinggung rasa keadilan orang ini.

Dengan sisa-sisa kekuatan dan keyakinan yang ada pada dirinya, orang miskin ini menuju madinah untuk menuntut keadilan kepada Khalifah saat itu, Umar bin Khattab Al-Faruq. Singkat cerita, setelah mendengar dan memahmi maksud pengaduan orang yahudi ini, Umar meminta yang bersangkutan untuk mencari sepotong tulang unta.

Antara percaya dan tidak percaya, orang ini terpaksa juga mencari sepotong tulang dan menyerahkannya kepada Umar, Umar mencabut pedangnya dan menggores tulang tersebut dengan ujung pedangnya, lalu tulang diserahkan kepada si orang miskin dan minta diserahkan kembali kepada Gubernur Mesir kala itu, Amru bin Ash.

Sekali lagi, dengan rasa tidak yakin, si orang miskin ini kembali ke mesir dan menyerahkan titipan Khalifah kepada sang Gubernur, sepotong tulang untang yang tergores lurus oleh sebilah pedang. Kontan saja Amru bin Ash gemetaran dan keringat dinginnya bercucuran.

Si penuntut keadilan tadi bertanya " Kenapa anda menjadi begitu takut dan gemetar karena sepotang tulang ini?" Amru bin Ash lebih kurang menjawab " ini adalah pesan dari kahlifah supaya saya bertindak adil dan tidak mengabaikan sedikitpun rasa keadilan yang ada dalam setiap pribadi masyarakat saya, kalo tidak, artinya saya akan ditindak sebagaimana beliau menggoreskan tulang ini, begitu pula saya harus siap menerima konsekuensinya."

Boleh jadi, pesan Umar kepada Amr juga memiliki muatan ilmu pedang yang luar biasa, hanya ahli pedang saja yang bisa melakukan dan memahaminya. Mungkin saja gelar Al-Faruq tidak hanya bermakna pembeda antara yang Haq dan yang bathil, tapi juga merupakan pujian atas kehebatan ilmu pedangnya.


Pantas saja pasukan Islam dan para shahabat nabi adalah orang yang perkasa. Sampai sampai ada yang diberi gelar Saifullah (Pedang Allah) seperti Khalid bin Walid, bahkan Sahabat Ali bin Abi Thalib juga mendapat hadiah pedan Zulfaqar dari Allah SWT.


Wallahua'lamu bishshawab....!


Catatan : tulisan ini untuk membangkitkan kembali semangat saya yang rada kendur akhir-akhir ini. Insya Allah dalam waktu dekat rubrik bahasa aceh juga akan saya update lagi dari Majalah Santunan Kanwil Kemenag Aceh.