Kamis, Maret 12, 2009

ALLAH MENJANJIKAN BANYAK SEKALI KEBAIKAN


Bila kita rujuk ke dalam al-Quran, dan juga hadis-hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, kita akan menemukan banyak sekali kebaikan-kebaikan yang ditawarkan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya.

Mulai dari amal terbesar seperti jihad, sampai yang sangat ringan seperti memindahkan duri dari jalanan dan mendoakan teman yang bersin dijanjikan pahala yang sangat besar.

Sekilas, dengan sudut pandang yang picik kita bertanya, kenapa Allah begitu boros dengan kebaikan-kebaikan-Nya? Kenapa, seakan begitu mudah menghimpun pahala?

Allah sebenarnya tidak memboroskan pahala-Nya, apalgi menyia-nyiakan kebajikan-Nya. Kemurahan Allah ini menunjukkan kasih sayang-Nya bagi makhluk, khususnya manusia.

Pengalaman saya, sebagai manusia, kita terlalu mudah melakukan kesalahan-kesalahan, dan kesilapan-kesilapan. Dan dengan rahmat Allah, kita diberi kesadaran untuk merenungkan dosa-dosa kita? Lalu kemana wajah ini harus dihadapkan? Malu atau tidak, hanya kepada Allah sajalah kita menghadap dan memohon keampunan.

Jadi, kebaikan-kebaikan kecil yang berpahala besar adalah kebutuhan kita untuk menambal ‘luka-luka’ kita dihadapan Allah dengan segera. Sehingga kita tidak perlu menyia-nyiakan kesempatan untuk berlama-lama menjadi bingung dan tidak memiliki arah yang jelas.

Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal shaleh kita, pun tidak mengabaikan kesalahan-kesalahan kita. Namun, sebelum Allah memutuskan azab dan hukuman-Nya, Allah memberi kita peluang untuk kembali mengisi timbangan yang ‘kosong’ yang akan mengatasi kesalahan-kesalahan terdahulu, bahkan menghapusnya.

Apakah ini hanya berlaku secara pribadi? Kita mungkin setuju, bila dosa dan malu kita hanya dengan Allah saja. Tapi, dalam banyak kesempatan, kita melakukan kesalahan yang juga berkaitan dengan makhluk lain, terutama manusia. Bagaiamana kita bisa menebusnya?

Secara sederhana saya mengatakan, tentunya dengan segala keterbatasan saya, kita juga mesti minta maaf dari orang-orang yang berkaitan dengan kesalahan kita itu. Tapi seringkali pula, kita terkendala oleh banyak factor, misalanya, rasa malu (good), gengsi, kemarahan orang yang bersangkutan, atau karena jarak dan jumlah. Saya tidak menyangkal, bahwa sebagai manusia yang masih lemah secara mental, kita adalah orang-orang dengan seifat seperti itu.

Saya kira, solusinya yang paling sederhana adalah, yang pertama, menghentikan kesalahan tersebut dengan penyesalan yang cukup memadai. Memadai berarti kita tahu suatu perbuatan itu salah menurut hukum Allah, juga memiliki dampak yang buruk secara sosial.

Yang kedua, berusaha tidak melakukannya lagi. Bila terulang, sebaiknya itu karena kesilapan, bukan karena terlalu berani untuk melakukannya. Karena sebagai manusia kita membutuhkan alasan untuk menjastifikasi kesalahan kita dan memperbaikinya.

Yang ketiga, memohon kebaikan bagi orang-orang yang terlibat dengan kesalahan kita, semoga dengan pertolongan Allah, sebab-sebab yang menghubungkan kita dan makhluk lain dalam melakukan kesalahan akan berkurang, bahkan hilang sama sekali.

Sebagai contoh, kesalahan melihat gambar porno di internet. Pihak yang terlibat di situ adalah kita, model, fotgrafer, uploader, penyedia jaringan dan banyak lagi. Bangaimana mengatasinya?

Ya, kita berhenti menatapnya, menghapus filnya, memutuskan koneksinya, istighfar, bersegera melakukan kebaikan lain yang pahalanya akan menghapus dosa, meskipun sangat sederhana. Dan yang sangat penting namun sering diabaikan, adalah mendoakan supaya orang-orang yang terlibat dalam kasus ini juga diampuni oleh Allah, diberikan petunjuk sehingga mereka juga bertaubat, dan menghentikan aktifitas terlarangnya.

Bagaimana dengan korupsi, pencurian, perampokan, bahkan mungkin perampokan?

Pastikan dahulu bahwa anda orang yang beragama dan menyadari betul bahwa itu adalah kesalahan-kesalahan, baik akibatnya terjadi secara langsung atau tidak. Selanjutnya, persiapkanlah pembelaan diri yang terbaik dihadapan Allah SWT,yaitu bertaubat. Semoga Allah selalu mangampuni kesalahn-kesalahan kita, dan menolong taubat kita menjadi taubat yang sempurna. Amin ya Rahbbal-‘Alamin …!