Jumat, Oktober 11, 2013

Fitnah Ulama

"berprasangka baik kepada ulama, ulama su' lahir dari prasangka buruk yang mewujud pada caci maki, penghinaan dan adu-domba"

Ketika Allah mengatakan bahwa yang paling takut kepada-Nya adalah para Ulama, maka ulama ini bukanlah yang sekedar luas ilmunya saja, tapi juga ulama yang mengedepankan kemaslahatan hamba-hamba Allah dan menyelematkan mereka dari kehancuran dan kebinasaan.

Para ulama menjadikan diri mereka sendiri sebagai tumbal bagi kebenaran guna menghindari pertumpahan darah sebagaimana pernah diisyarakat oleh malaikat di awal penciptaan Nabi Adam Alaihissalam.
Selaku pewaris para Nabi, para ulama memilih jihad dengan menyatakan kebenaran di depan penguasa yang dhalim dengan taruhan nyawa dan darahnya sendiri, ketimbang memprovokasi untuk memberontak, membunuh dan menumpahkan darah banyak orang.

Jadi, ketika ulama mendekat kepada kekuasaan, tujuannya adalah melindungi masyarakat dari kedhaliman penguasa, bukan untuk ikut merenggut hak masyarakat.
Ketika ulama mendekat kepada masyarakat, tujuannya adalah untuk menyelamatkan masyarakat dari kebodohannya, bukan mengkhianati penguasa.
Ketika ulama menjauh ke hutan rimba dan gua, tujuannya adalah menyelamatkan kehidupan dari fitnah ilmu pengetahuan, bukan melarikan diri dari kenyataan.

Ulama bukan nabi, apalgi para rasul. Ulama adalah manusia-manusia yang Allah pilih sebagai lentera di tengah-tengah umat akhir zaman. Sebagai manusia dan pribadi, mereka memiliki keterbatasan-keterbatasan, baik wawasan atau kemampuan mengungkapkan.

Maka ulama adalah jamak, adalah mereka semua yang mengambil peran masing-masing sesuai kapasitas dan janjinya di hadadapan Allah.

Jika mereka terputus, dan merasa dirinya sempurna, maka dia bukanlah bagian dari ulama. Dan kita sebagai pengikut ulama, seharusnya menghormati para ulama sesuai kapasitasya masing.

Sebagaimana ungkapan hamba yang shalih dalam al-Quran : Kami tidak membeda-bedakan keimanan kepada para rasul utusan Allah.
maka kita tidak pantas pula mencela sebahgian dan memuji sisanya, para ulama.

Wallahu a'lam