Senin, Desember 21, 2009

Doa itu Senjatanya Orang Beriman


Awalnya saya hendak menulis tentang kesan saya ketika salah seorang pengurus di KONI Aceh 'menyesalkan' saya yang selama ini berlatih Aikido yang tidak dipertandingkan. Menurutnya, bela diri itu mesti ada prestasinya, seperti Karate, Pencak Silat, Taekwondo, dan Judo yang hendak saya pelajari.

Tapi pertanyaan itulah yang kemudian menggelitik saya untuk bertanya, apasih bedanya, belajar bela diri (self-defense), seni bela diri (martial-art) dan olah raga prestasi (sport-fighting)?

Mungkin, kalo bela diri (self-defense) ya sekedar untuk mengamankan diri sendiri dan orang lain dari ancaman-ancaman fisik, ya kalo sudah bisa aware dengan kondisi sekeliling, dan memiliki seperangkat teknik yang efektif dipake di jalanan, sudah okelah.

Tapi, kalo yang sport-fighting, mungkin harus jadi juara, tidak masalah berapa gaya dan teknik yang dikuasai. apakah efektif untuk bela diri atau tidak, itu mungkin diluar diskusi, mengingat aturan dalam pertandingan yang cenderung mengutamakan keselamatan atlit. Ya, tapi gaungnya memang keren.....

Nah, yang terakhir, martial-art ini bicara tentang seni, hobi, filosofi, dan pencarian jati diri. Jadi tidak semata banting, kunci, dan pukul-tendang saja. Inilah yang menjadikan saya 'bertahan' dalam berlatih. Kita belajar tentang kelemahan dan kekuatan manusia, dan akhirnya belajar mencari jawaban untuk apa semua ini?

Tapi saya sendiri merasa, bahwa ketiga hal di atas akan sangat baik bila bisa dimiliki, dan itu mungkin salah satu alasan saya bergabung dengan teman-teman yang sedang 'menghidupkan' judo di Aceh.

Nah, hubungannya dengan judul di atas adalah, bahwa pembelaan diri yang paling baik bagi seorang mukmin adalah kepasrahannya kepada Allah SWT. Sehebat apapun ilmu, wawasan dan teknik kita, tentunya hanya Kehendak Allahlah yang berlaku bagi kita semua.

Jumat, Desember 18, 2009

Selamat Tahun Baru Islam: 1 Muharram 1431 H


Semoga Awal Yang Baik Untuk Masa Depan Yang Lebih Baik, Amin...!

Kamis, Desember 03, 2009

Merambah Judo


Dari sulu saya memang sudah tertarik dengan judo, tentunya dari bacaan dan tontonan di internet. setelah sekian lama menunggu, akhirnya, berdekatan dengan pelaksanaan ujian kenaikan Kyu Aikido di Banda Aceh, dikukuhkanlah pengurus provinsi PJSI (Persatuan Judo Seluruh Indonesia) di Aceh oleh Bapak Kasad, George Toisutta selaku ketua umum PB PJSI Pusat, tepatnya tanggal 19 November 2009.

setelah mencari informasi ke sana ke mari, akhirnya diperoleh keterangan bahwa Judo ini sementara masih difokuskan kepada para prajurit TNI, dan pelatihan dipusatkan di Bataliyon 112 Japakeh, Mata Ie, Aceh Besar.

Dengan memberanikan diri, saya mencoba menghubungi pengurus sekretariat provinsi (Bapak-bapak Perwira Yang terhormat dan bersahabat) untuk bergabung dan ikut belajar bersama. Akhirnya saya bertemu dengan Bapak Arsyad (orang Makasar) yang melatih mereka, kebetulan tinggal di wisma yang tidak jauh dari kantor tempat saya bertugas.

Setelah mendapat ceramah secukupnya (beliau adalah orang yang ahli agama disamping sebagai guru judo), saya diajak untuk ikut melihat-lihat latihan mereka. dan semalam, saya cuma bisa gabung sampe pemanasan saja, dan selebihnya melongo melihat mereka berlatih.

masalahnya, karena stamaina saya yang terbatas, dan belum ada pasangan sesama pemula untuk diajak berlatih. ya sudah, setidaknya rasa penasaran saya sudah mulai terobati.....

Minggu, November 15, 2009

Awas, Jangan Seperti Jepang


Ketertarikan saya pada beladiri jepang, aikido, mendorong saya untuk mengetahui serba sedikit tentang budaya dan perkembangan masyarakat Jepang.

Jepang yang kita kenal di negeri ini antara lain diwakili oleh image sebagai penjajah pada perang dunia kedua, negara matahari, film tentang ninja dan samurai, kemajuan teknologi, dan seni bela diri.

Nah, jepang rupanya juga terkenal dengan kebobrokan moralnya (pornografi), bahkan isu tentang artis jepang yang akan main film di Indonesia, semakin mengukuhkan image tersebut.

Sebagai sesama negara asia, kita perlu belajar dari pengalaman orang jepang, bahwa tanpa disadari, mereka terlalu 'buru-buru' untuk maju sehingga 'lupa' memakai pakaiannya secara lengkap.

Kita ingin maju secara teknologi, ekonomi, bahkan militer. tapi kita tidak bolehmelepaskan 'pakaian' kita begitu saja. Saatnya agama dijadikan pedoman, pegangan, dan petunjuk dalam menuju bangsa yang mandiri, kuat, makmur dan bermartabat.

perlahan tapi pasti, kita digiring untuk mengikuti 'mereka' ke lubang tikus. Waspadalah, mungkin kita hanya akan menjadi pakan bagi 'tikus-tikus'.

Sekali lagi, jangan seperti jepang, tapi jadilah bangsa yang beriman dan mandiri, meski lambat, tapi kita pasti memperoleh yang terbaik di dunia dan akhirat.

Semoga bermanfaat hendaknya. Aimin

Kamis, Oktober 29, 2009

Niat Haji

Assalamualaikum Wr. Wb.

sudah lama saya tidak mengupdate blog ini, ada banyak alasan, disamping kesibukan bekerja, kelalaian pribadi, juga karena faktor FaceBook. Karena sering update status di facebook, hampir saja saya lupa dengan blog ini.

Meskipun sudah haji sebelumnya sebagai petugas, saya rasa masih ada tanggungjawab saya untuk menemani istri ke tanah suci, disamping belajar menabung untuk haji, sebagaimana layaknya jamaah biasa.

Saya dapat pelajaran dari seorang senior di kantor yang berangkat haji tahun ini. Pak, tolong doakan semoga saya bisa kembali ke tanah suci sekalian menemani istri menjalankan ibadah Haji, pinta saya kepada beliau. Kamu sudah nabung? beliau balik bertanya. Belum, pak, jawaban saya.

Kamu nabung dulu, mantapkan niat, barulah doa saya berarti, lanjut senior saya tersebut. Ya.... dan ternyata ada banyak orang yang berdoa/berharap bisa menunaikan ibadah haji, tapi tidak pernah mecoba memulainya dari yang sedikit dan sederhana, selalu ngeluhnya belum ada panggilan atau duitnya belum terkumpul cukup banyak.

Saya terharu, ketika di salah satu televisi swasta ditayangkan profil seorang bapak yang melaksanakan haji dengan modal tabungannya selama 16 tahun, yaitu Rp. 3.000,-/hari.

Subahanallah, bukankah kita lebih mampu dari bapak tersebut........????

Kebetulan, karena saya seorang PNS yang gajinya tiap bulan ditrasnfer via rekening di BRI cabang Banda Aceh, maka saya mengambil jalan 'mudah', yaitu membuka rekening haji pada bank yang sama, dan minta tolong diautodebet setiap bulannya ke rekening tabungan haji saya.

Estimasinya sih baru bisa dapat porsi 10 tahun lagi, tapi setidaknya, langah ini telah saya mulai dan insya Allah, akan tuntas dengan pertolongan Allah SWT.

Ayo, tunggu apa lagi???? nabung dari sekarang kalo memang punya niat ke tanah suci.....!

Kamis, September 17, 2009

Sabtu, September 12, 2009

Lailatul Qadar: Menurut Saya

Alhamdulillah, pagi ini saya bangun dengan keyakinan bahwa semalam adalah Laylatul Qadr. Subjektif memang, bahkan mertua saya menertawakan, katanya : Laylatul Qadar itu untuk yang sering shalat tarawih, malahan semalam kan genap, bukan ganjil, kamu jarang shalat tarawih, bikin malaikat ketawa aja...!
Demikian kira-kira komentar mertua saya, cukup menyindir sekaligus mengjibur saya.

Entahlah, yang pasti saya bertekad menjadi lebih baik.... since now....

ingatkan saya bila ada kesilapan, kealpaan dan keterlanjuran..... maju menjadi umat Nabi Muhammad yang patut dibanggakan dihadapan Allah, Rasul, dan orang-orang beriman!

Hijrah Ke Linux



Setelah sekian lama menggunakan Microsoft Windows, sejak pertama bisa komputer, hingga minggu kemarin, saya akhirnya beralih ke LINUX, khususnya Ubuntu.

Sebabnya.....
1. bosan sama gangguan virus
2. ingin belajar lagi sesuatu yang baru
3. so, perlu tmbah teman dan guru baru juga...
4. tantangan itu penting, supaya tidak larut dalam kebiasaan
5. ya... katanya versi windows yang sering kita pakai itu yang bajakan, kalo linux gratis
6. dll

semoga ini satu paket dengan program pengembangan diri saya, menjadi manusia yang lebih baik, sejak ramdhan kali ini.....amin ya Rabbal 'Alamin.....

Minggu, September 06, 2009

Menyambut Nuzul Quran


Terus terang, ramadhan kali ini saya agak jauh dari Al-Quran, meskipun saya banyak membaca beberapa buku tentang al-Quran.

Pikiran saya selama ini tertuju pada rencana membuat rumah dan segala tetek bengeknya yang ternyata tak habis-habis, ya tak habis di pemikiran karena faktor utamanya, dana, tidak tersedia dalam jumlah yang memadai.

Ya Allah, mudah-mudahan dengan keberkahan yang Engkau berikan pada Al-Quran dan petunjuk bagi hamba-hamba yang bersahabat dengannya, berilah hamba petunjuk dan jalan keluar, serta persahabatan yang langgeng dengan Al-Quran.

Demikian pula dengan keluarga dan anak keturunan hamba, semoga bisa selalu berpedoman kepada al-Quran.

Ya Allah, ketika pintu-pintu tertutup, sesungguhnya 'pintu-Mu selalu terbuka'

Minggu, Agustus 23, 2009

Maaf, Ampun.....

Ya Allah, beberapa waktu ini, karena meresa hebat atas ilmu yang Engkau anugrahkan kepadaku, aku menjadi mereasa terlalu istimewa yang membuatku meremehkan hamba-hamba-Mu yang lain, terutama orang-orang yang ada di sekitarku, keluargaku.

Maafkan segala kesilapanku ya Allah, ampuni aku, ridhai kami ya Allah, lindungi kami...

Amin ya Rabbal 'Alamin....

(Ya Allah, tolonglah hambamu ini menjadi lebih baik setiap waktu)

Rabu, Juli 29, 2009

Menjelang Ramadhan 1430 H

Saya sudah haji, setidaknya saya sudah berusaha menggenapi rukun dan syarat-syaratnya ketika bertugas di Tanah Suci tahun yang lalu.

Saya seharusnya menjadi pribadi yang lebih tangguh saat ini, tapi siapa yang tau? karena deraan dan godaan tidak pernah berhenti. Tapi saya sekarang sedang belajar mempertahankan komitmen-komitmen yang saya buat, khususnya menjelang Ramadhan kali ini. saya ingin merengguk pahala, limpahan spritual, dan faidah sebesar-besarnya dari berkah ramadhan kali ini.

Ya Allah, saya berusaha jadi orang baik, lebih baik, meski bukan yang terbaik......

Lindungi dan bimbing saya dalam berusaha, ampuni kesalahan dan kegalauan saya.....

Jagalah keluarga saya, karena apapun usaha saya, Engkaulah Yang Maha Kaya Ya Allah!

Selasa, Juli 28, 2009

BOM, Tentang Teror dan Kesadaran Kita

Sudah sekian kali kita mendengar tentang BOM meledak dengan berbagai cara dan kapasitasnya, lalu jadilah teror, dan berbagai pihak mencari dalang dan kambing hitam.

padahal teror tidak hanya terbatas pada model BOM saja, ada banyak teror lainnya yang didiamkan, padahal juga memakan korban nyawa, harta, perasaan dan kemerdekaan.

sebut saja misalnya ketimpangan ekonomi, korupsi, dan berbagai macam virus yang tiba-tiba menjadi pintar dan mengancam manusia, apakah ini bukan teror...?

Teror akan selalu ada bila kita tidak mau mengakui bahwa ketimpangan, ketidakpuasan, dan keserakahan adalah inspirasinya. siapapun bisa menjadi teroris juga korbannya, tapi adakah yang bersedia menyelesaikan lingkaran persoalan ini dengan kapasitas yang dia miliki?

kita yang tidak punya kuasa, cukuplah memulainya dengan menjaga hati kita, sehingga kita tidak meneror atau setidaknya teror mereka tidak menakutkan kita.

Ya Allah, lindungilah kami dari fitnah dunia, kubur, dan hari pembalasan kelak. Amin...!

Solidaritas untuk Uighur

Assalamualaimum Wr. Wb.

selayaknyalah setiap muslim, di manapun berada, selalu dalam keadaan selamat dan sejahtera lahir batin.

Uighur, terlepas dari kepentingan dan konspirasi politik, adalah wilayah kebanggan umat Islam, orang-orang di sana kemungkinan besar telah memeluk Islam lebih awal dari kita. Bahkan mereka sempat belajar kepada sahabat Nabi (saya tidak yakin ingat namanya), jadi ada diantara mereka yang berstatus tabi'in dst. Boleh jadi diantara mereka juga masih ada yang menjadi salah seorang rawi dari hadis-hadis Rasulullah SAW.

Jadi, bila kita bersimpati kepada muslim palestina, kita juga turut prihatin dengan kondisi saudara kita di Uighur, demikian pula dengan nasib kaum muslimin dimanapun mereka berada.

Salam persaudaraan, di dunia dan di akhirat...

Kamis, Juni 25, 2009

Menuju Banjarmasin


Ada Acara Dialog Pemuda Lintas Agama di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, saya termasuk salah seorang kontingen asal Aceh. Kami akan berangkat tanggal 29 Juni 2009, senin pagi. dan diperkirakan kembali pada hari sabtu, 4 Juli 2009. Gimana ya di sana....?

Sabtu, Juni 20, 2009

Hidup bagai Bunga


Salam.....

Hidup bagai bunga....... indah di mata orang lain, tapi yang penting bagaimana memaknai diri sendiri.

kerapkali, kita, orang-orang dekat luput dalam menilai potensi-potensi yang ada pada keluarga dan teman-teman dekat kita, jadi kita perlu berjalan dan bertanya: Indahkah bunga saya.....? atau mungkin kita tidak akan pernah menemukan bunga yang lebih indah, karena milik kitalah yang terindah....

yang lain boleh jadi merupakan godaan, ujian, dan lain hal.....

tapi meskipun engkau akan gugur dan layu, bunga tidak pernah putus asa untuk tumbuh dan mekar kembali.....

mari belajar, meski keluar biaya dan butuh waktu.

Senin, Juni 01, 2009

My Face on Facebook

Allhamdulillah, akhirnya saya bisa juga buka akaunt di facebook, sekalian menuntaskan rasa penasaran saya pada media yang sering dibicarakan oleh teman-teman.

Memang masih bingung, tapi semoga bisa memperluas wawasan dan pergaulan, amin....

Kamis, Mei 07, 2009

Aikido: Ujian Kenaikan Tingkat Kyu

Isnya Allah, Puleh Dojo yang berafiliasi ke Institut Aikido Indonesia akan menyelenggarakan ujian kenaikan tingkat untuk level Kyu pada hari Sabtu, tanggal 13 Juni 2009 bertempat di lokasi latihan di SDN 54 Kota Banda Aceh, Simpang Prada.

Penguji : Sempai Juang, Dan 1 Aikikai

Oya, bagi yang mau bergabung latihan Aikido silahkan hadir langsung di lokasi latihan pada setiap selasa, kamis, dan sabtu sore (biasanya jam 5 sd azan magrib) + Sahalat Berjamaah.

Pelatih : Sempai Ivan dan Sempai Andres

Arigato guzaimazu...!

REFLEKSI DIRI : intermezzo NIP BARU

Awalnya cuma kabar simpang siur, bahwa NIP (Nomor Induk Pegawai) yang selama ini hanya sembilan digit akan diganti dengan model yang baru. Memang NIP yang lama, meski mudah diingat tapi juga membingungkan, apa maksud angka-angka pada digit keempat sampai dengan digit ke sembilan. Yang saya tau hanya tiga digit pertama mencerminkan institusi induk tempat seorang PNS bernaung, misalnya Depag diawali dengan 150, 390 Untuk Pemerintah Daerah, 060 untuk Departemen Keuangan, dan sebagainya.
Terlepas dari apa makana yang terkandung dalam variasi NIP yang lama dan yang baru, penulis menangkap hal yang menarik tentang model NIP yang baru. Oya… belum banyak yang tau tentang NIP baru ini mungkin karena proses konversi dan validasi data kepegawaian yang memakan waktu di BKN. Bayangkan 4,1 juta PNS, datanya diklarifikasi ulang. Sekilas angka ini tidak nampak besar bila diasosiasikan dengan nilai mata uang yang sekarang berdar di masyarakat, oh… cuma empat juta to… Tapi, bagi para analis kepagawaian, jumlah ini sangant luar biasa, karena mereka menangani data orang-perorang dengan berbagai kompleksitasnya.
Sebab lain, karena proses sosialisasinya sedang berlangsung, mulai dari pusat, jajaran institusi di tingkat propinsi, menyusul kabupaten/kota, sekolah/madrasah dan unit-unit kecil lainnya.
Sebagai informasi, Untuk melakukan perubahan sistem NIP secara menyeluruh, maka dikeluarkan Peraturan Kepala BKN No. 22 Tahun 2007 tentang Nomor Identitas PNS yang disingkat dengan NIP, dan peraturan Kepala BKN No. 43 tahun 2007 tentang Tata Cara Permintaan, Penetapan dan Penggunaan NIP.
Oke, apanya yang menarik? Pertama, NIP yang baru digitnya berjumlah 18, tapi dijamin mudah diingat lho… triknya sebagai berikut: 4 digit pertama adalah tahun kelahiran, 2 digit berikutnya adalah bulan kelahiran, 2 digit lagi adalah tanggal kelahiran.
4 digit berikutnya adalah tahun SK pengangkatan sebagai CPNS, lalu 2 digit berikutnya adalah bulan SK pengangkatan sebagai CPNS. Kemudian, pada deretan berikutnya, adalah symbol bagi jenis kelamin PNS, yang laki-laki mendapat symbol 1, dan yang perempuan mendapat symbol 2, apa maksudnya ya…? Nah, sisa angka terakhir adalah nomor urut PNS dalam database kepegawaian.
Contohnya, seorang PNS yang bernama Agustiar (mohon jangan tersinggung bila ada nama yang sama), lahir pada 2 Agustus 1975, diangkat sebagai CPNS terhitung mulai tanggal 1 April 2003, maka kemungkinan NIP-nya yang baru adalah 197508022003041xxx (laki-laki) atau 197508022003042xxx (perempuan).
Nah, sekarang setiap PNS muadah ditebak berapa umurnya, kapan lahirnya, kapan pensiunnya, kapan kenaikan berkalanya, kapan akan pensiun, kapan akan meninggal….? Ups.. itu rahasia…..
Yang pasti, bagi para pelajar yang ingin memberikan hadiah atau kejutan ulang tahun untuk Kepala, atau Guru Wali Kelas misalnya, sudah bisa mempersiapkannya jauh-jauh hari, karena hari ultahnya bukan lagi rahasia. (resiko tidak menjadi tanggungjawab penulis ya…)
Kira-kira apa ya yang bisa kita refleksikan dari identitas yang baru ini…? Mungkin akan ada banyak penafsiran, dan salah satunya, menurut saya, adalah mawas diri.
NIP yang baru ini mewakili momen kelahiran, artinya, kita tidak mungkin menjadi PNS kalo tidak pernah dilahirkan (ha…ha…ha…), mungkin maksudnya setiap PNS haruslah bersikap dewasa, setiap hari umurnya bertambah, setiap tahun gajinya juga meningkat, semestinya prestasi dan kinerjanya juga menjadi lebih berkualitas dan kreatif, tidak bersifat kekanak-kanakan. Diakui atau tidak, tanpa disadari banyak sikap kekanak-kanakan yang tercermin dalam diri PNS, mulai dari staf biasa sampai dengan pejabat, seharusnya kita malu dihadapan anak-anak (yang sebenarnya) yang sedang beranjak dewasa.
NIP baru ini ini juga mewakili momen pengangkatan seseorang menjadi abdi Negara. Sewajarnya, ada awal juga ada akhir. Tidak selamnya seseorang bertahan sebagai PNS, jadi jangan lupa menabung untuk pasca pension, tapi jangan korupsi lho…. Menabung tidak hanya berarti uang, tapi juga ilmu, ketrampilan dan hubungan baik kita dengan masyarakat ketika mengakhiri tugas sebagai seorang abdi negara. Disadari atau tidak, banyak PNS yang teralienasi (baca:terasing) dengan lingkungan masyarakatnya.
NIP baru ini juga mewakili identitas PNS sebagai manusia, laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki tanggungjwab, bidang tugas dan batasan-batasan tersendiri, baik di dalam tugas, keluarga maupun masyarakat.
Akhirnya, meskipun NIP baru ini tidak mencerminkan di institusi negara yang mana seorang PNS bekerja, dia tetap harus bersikap profesiaonal sesuai dengan beidang tugas dan atribut lembaganya. Khususnya Departemen Agama, bagaimanapun, kita adalah representasi (contoh) paling familiar bagi pengamalan agama di lingkungan masyarakat, khususnya dalam meniti “kehidupan dunia.” Sampai dimana sejarah agama mewarnai mentalitas manusia dalam kehidupan bermasyarakatnya (sosial, politik, ekonomi, dll) sangat tergantung pada kepercayaan masyarakat terhadap “model” yang diwakili oleh PNS Departemen Agama. Bila kepercayaan ini luntur, maka agama juga akan semakin luntur dalam kehidupan keseharian kita, sebaliknya bila kepercayaan itu menguat, maka eksistensi agama juga akan semakin kental di dalam masyarakat.
Terus terang saya sedih ketika mendengan komentar seorang PNS yang berkata “Sepertinya di masa ini kita tidak bisa lagi hidup lurus, mesti agak mereng…” Masihkah kita memiliki Agama? Wallahu a’lam…

Lama Tak Bersua

Saudara-Saudari para pembaca/pengunjung/pemerhati blog ini..

Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa meng-update blog ini dalam waktu sekian lama karena ada masalah dengan teknis, koneksi internet, khususnya ke situs jejarting sosial terblokir pada jam kantor, kecuali hari libur dan jam istirahat. Saya juga baru tau hari ini

Selamat menikmati.....

(Maaf bila terlalu berlebihan ya...)

Kamis, Maret 12, 2009

ALLAH MENJANJIKAN BANYAK SEKALI KEBAIKAN


Bila kita rujuk ke dalam al-Quran, dan juga hadis-hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, kita akan menemukan banyak sekali kebaikan-kebaikan yang ditawarkan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya.

Mulai dari amal terbesar seperti jihad, sampai yang sangat ringan seperti memindahkan duri dari jalanan dan mendoakan teman yang bersin dijanjikan pahala yang sangat besar.

Sekilas, dengan sudut pandang yang picik kita bertanya, kenapa Allah begitu boros dengan kebaikan-kebaikan-Nya? Kenapa, seakan begitu mudah menghimpun pahala?

Allah sebenarnya tidak memboroskan pahala-Nya, apalgi menyia-nyiakan kebajikan-Nya. Kemurahan Allah ini menunjukkan kasih sayang-Nya bagi makhluk, khususnya manusia.

Pengalaman saya, sebagai manusia, kita terlalu mudah melakukan kesalahan-kesalahan, dan kesilapan-kesilapan. Dan dengan rahmat Allah, kita diberi kesadaran untuk merenungkan dosa-dosa kita? Lalu kemana wajah ini harus dihadapkan? Malu atau tidak, hanya kepada Allah sajalah kita menghadap dan memohon keampunan.

Jadi, kebaikan-kebaikan kecil yang berpahala besar adalah kebutuhan kita untuk menambal ‘luka-luka’ kita dihadapan Allah dengan segera. Sehingga kita tidak perlu menyia-nyiakan kesempatan untuk berlama-lama menjadi bingung dan tidak memiliki arah yang jelas.

Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal shaleh kita, pun tidak mengabaikan kesalahan-kesalahan kita. Namun, sebelum Allah memutuskan azab dan hukuman-Nya, Allah memberi kita peluang untuk kembali mengisi timbangan yang ‘kosong’ yang akan mengatasi kesalahan-kesalahan terdahulu, bahkan menghapusnya.

Apakah ini hanya berlaku secara pribadi? Kita mungkin setuju, bila dosa dan malu kita hanya dengan Allah saja. Tapi, dalam banyak kesempatan, kita melakukan kesalahan yang juga berkaitan dengan makhluk lain, terutama manusia. Bagaiamana kita bisa menebusnya?

Secara sederhana saya mengatakan, tentunya dengan segala keterbatasan saya, kita juga mesti minta maaf dari orang-orang yang berkaitan dengan kesalahan kita itu. Tapi seringkali pula, kita terkendala oleh banyak factor, misalanya, rasa malu (good), gengsi, kemarahan orang yang bersangkutan, atau karena jarak dan jumlah. Saya tidak menyangkal, bahwa sebagai manusia yang masih lemah secara mental, kita adalah orang-orang dengan seifat seperti itu.

Saya kira, solusinya yang paling sederhana adalah, yang pertama, menghentikan kesalahan tersebut dengan penyesalan yang cukup memadai. Memadai berarti kita tahu suatu perbuatan itu salah menurut hukum Allah, juga memiliki dampak yang buruk secara sosial.

Yang kedua, berusaha tidak melakukannya lagi. Bila terulang, sebaiknya itu karena kesilapan, bukan karena terlalu berani untuk melakukannya. Karena sebagai manusia kita membutuhkan alasan untuk menjastifikasi kesalahan kita dan memperbaikinya.

Yang ketiga, memohon kebaikan bagi orang-orang yang terlibat dengan kesalahan kita, semoga dengan pertolongan Allah, sebab-sebab yang menghubungkan kita dan makhluk lain dalam melakukan kesalahan akan berkurang, bahkan hilang sama sekali.

Sebagai contoh, kesalahan melihat gambar porno di internet. Pihak yang terlibat di situ adalah kita, model, fotgrafer, uploader, penyedia jaringan dan banyak lagi. Bangaimana mengatasinya?

Ya, kita berhenti menatapnya, menghapus filnya, memutuskan koneksinya, istighfar, bersegera melakukan kebaikan lain yang pahalanya akan menghapus dosa, meskipun sangat sederhana. Dan yang sangat penting namun sering diabaikan, adalah mendoakan supaya orang-orang yang terlibat dalam kasus ini juga diampuni oleh Allah, diberikan petunjuk sehingga mereka juga bertaubat, dan menghentikan aktifitas terlarangnya.

Bagaimana dengan korupsi, pencurian, perampokan, bahkan mungkin perampokan?

Pastikan dahulu bahwa anda orang yang beragama dan menyadari betul bahwa itu adalah kesalahan-kesalahan, baik akibatnya terjadi secara langsung atau tidak. Selanjutnya, persiapkanlah pembelaan diri yang terbaik dihadapan Allah SWT,yaitu bertaubat. Semoga Allah selalu mangampuni kesalahn-kesalahan kita, dan menolong taubat kita menjadi taubat yang sempurna. Amin ya Rahbbal-‘Alamin …!

Rabu, Februari 04, 2009

Info Beasiswa Santri 2009

Teman-teman santri...!

Dep. Agama RI kembali meberikan kesempatan bagi lulusan aliyah pondok pesantren untuk menerima biasiswa prestasi S1 ke perguruan tinggi bergengsi di Indonesia, seperti ITB, UGM, IPB, ITS, UIN Jakarta, dll....

Mendaftar di Kandepag Kabupaten/Kota atau di Kanwil Dep. Agama Provinsi masing-masing sampai tanggal 20 Februari 2009.

Cari tau lebih lengkap di www.pondokpesantren.net

Senin, Februari 02, 2009

Beragama Secara Aktual

Secara faktual, ada dua model bagi seseorang yang beragama. Yang pertama, agama sebagai warisan dan budaya masyarakatnya, dan yang kedua, agama sebagai suatu hasil pencarian.

Secara umum, model pertama sangat umum dalam masyarakat kita, karenanya, pembelajaran agama pada saat yang sama adalah pembelajaran budaya. Namun, pada saat sumber pembelajaran budaya menjadi lebih variatif dan tidak berpadu lagi dengan pembelajaran keagamaan, maka agama menjadi asing dalam budaya masyarakat. Dalam keterasingannya, pewarisan agama secara tradisional, yaitu doktrin lisan yang sepihak, melahirkan fanatisitas-fanatisitas yang pada saat berbenturan dengan persoalan-persoalan kekinian akan melahirkan pertanyaan tentang aktualitas dan kompatibalitas agama dalam kehidupan kekinian.

Pertanyaan-pertanyaan di atas kemungkinan akan ditanggapi dalam tiga sikap. Pertama, oleh masyarakat awam, fenomena ini akan diabaikan dalam keadaan tetap menjalankan ajaran-ajaran keagamaan yang diketahuinya, atau akan ditinggalkan karena kuatnya kecendrungan untuk menjalani kehidupan dalam budaya baru yang dianggap lebih sesuai.

Kedua, oleh orang-orang yang bersikukuh dengan tradisi keagamaan, mereka menarik diri dalam suatu fanatisitas dan perlawanan terhadap konsep-konsep dan nilai baru yang muncul akibat adanya perubahan-perubahan baik sosial, ekonomi, maupun politik.

Ketiga, oleh orang-orang yang kritis dalam beragama, mereka akan melakukan pengujian kembali terhadap nilai-nilai dan ajaran agama yang selama ini dianutnya. Penyelidikannya ini akan membawanya kepada pertanyaan-pertanyaan tentang sumber agama, sejarah agama, validitas agama, dan juga tentang reabilitas agama dalam menghadapi tantangan akibat perubahan zaman. Kelompok yang terakhir ini adalah mereka yang beragama dengan model yang kedua.

Dalam perjalanan sejarah, pengabaian terhadap fenomena-fenomena keagamaan pada akhirnya menyebabkan agama hilang dengan sendirinya dan berganti dengan aktifitas-aktifitas baru yang sama sekali bukan agama, atau dianggap sebagai agama.

Demikian pula halnya dangan sikap fanatis dalam beragama pada akhirnya akan menimbulkan faksi-faksi yang saling berbeda dalam menunjukkan keberagamaannya, sedemikian rupa sehingga masing-masing mengangap sesat kelompok lainnya dan berusaha untuk menunjukan ibadah-ibadah yang berbeda sebagai bentuk identitas masing-masing. Sikap ini pada akhirnya akan membawa setiap kelompok itu pada penyimpangan-penyimpangan dari agama aslinya, baik disadari maupun tidak. Contohnya adalah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam agama-agama samawi sebelum ditusnya Nabi Muhammad SAW.

Sejarah juga membuktikan, bahwa sikap kritis dalam beragama juga akan membawa manusia kepada dua kemungkinan, yaitu mendeklarasikan agama baru atau menemukan kebenaran yang aktual dari agamanya, untuk kemudian diamalkan dan didakwahkan.

Persoalan ini sangat ditentukan oleh kapasitas yang dimiliki oleh sang mujtahid dalam melakukan penyelidikannya dan ketersedian informasi serta bukti-bukti yang ditinggalkan oleh pendahulunya. Keterbatasan-keterbatasan informasi, serta bukti-bukti keagamaan yang ditinggalkan oleh agama-agama diluar Islam telah mengantarkan mujtahid-mujtahid mereka pada keragu-raguan. Pada saat yang sama, banyak diantara mujtahid kaum muslimin yang terjebak oleh metodologinya masing-masing dalam memahami kebenaran, yang pada akhirnya melahirkan fanatisme-fanatisme baru dalam beragama.

Padahal, ada dua persoalan penting yang patut menjadi catatan bagi mujtahid-mujtahid muda, baik berijtihad untuk dirinya sendiri atau untuk komunitas yang lebih luas. Yang pertama, fitnah-fitnah yang telah tersebar diantara kaum muslimin dan pemimpin-pemimpin mereka sejak lama. Dan yang kedua, adanya keragaman budaya, kultur dan pola pikir diantara kaum muslimin di seluruh dunia.

Fitnah-fitnah yang tersebar di kalangan kaum muslimin telah menyebabkan perselisihan dan perpecahan mereka kedalam kelompok-kelompok yang saling mencurigai dan menyalahkan. Pada saat yang sama, pegangan setiap kelompok adalah Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Untuk itu, ijtihad kita hendaknya tidak menambahkan fitnah baru ke dalam kehidupan kaum muslimin, sebaliknya, kita perlu mengklarifikasi point-point penting yang telah dipahami secara tidak tepat selama ini.

Demikian pula halnya dengan keragaman budaya, kultur, dan pola piker umat Islam di seluruh dunia. Keragaman ini tentunya berpengaruh pula terhadap corak keberagamaan mereka di tempat-tempat yang berbeda.

Dan yang penting pula untuk disadari adalah, bahwa beragama adalah suatu proses yang dimulai
sejak manusia dilahirkan keduania hingga akhir hayatnya. Artinya kapasitias dan kualitas keberagamaan seseorang juga bersifat progresif seiring dengan pertambahan umur, ilmu, wawasan dan pengalaman ruhaninya. Beragama juga bersifat fluktuatif, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jadi, kita tidak bisa mengambil kesimpulan terhadap keberagamaan seseorang berdasarkan pengamatan sekilas dan terbatas.

Yang paling penting adalah, bagaimana mengaktualisasikan ‘kepingan-kepingan agama’ yang telah kita temukan dalam pencaharian panjang ini dalam kehidupan kita yang masih tersisa. Dan bila kita telah meyakini kebenarannya dengan sungguh-sungguh, maka kita berkewajiban membimbing saudara-saudara kita untuk memahami kebenaran dan merasakan kelezatan beragama sesuai dengan kualitasnya masing-masing, bukan dengan mendikte atau memvonis kealpaan-kealpaan mereka.

Beragama secara aktual juga berarti kita merasakan kehadiran Allah dalam pengalaman kita sehari-hari, karena tanpa kehadiran (mungkin tepatnya adalah kesadaran akan kehadiran) Allah, agama kita menjadi kering dan menjadi rutinitas-rutinaitas yang melelahkan dan membosankan. ‘Kekeringan’ ini akan menimbulkan kesan sempit dan tertekan, sehingga besar kemungkinan agama ini juga akan ditinggalkan.

Beragama secara aktual juga berarti kritis terhadap kualitas keagamaan kita sendiri. Setiap muslim seharusnya mengevaluasi dirinya sendiri dalam menjalankan agama, sehingga bisa mencapai kualitas-kualitas yang lebih baik. Karena stagnasi kualitas keberagamaan juga berarti keausan dan keterbelakangan bila dihadapkan pada relatifitas waktu dan keadaan. Selamat beragama dengan lebih baik, wallahu must’an ‘ala kulli khair…

Golput Juga Pilihan Politik


Golput (golongan putih) berarti orang-orang yang tidak memberikan suara kepada partai politik tertentu atau calon pemimpin tertentu. Golput dapat bermakna netralitas, namun juga merupakan simbol oposisi dan pemberontakan yang paling nyata terhadap sistem yang sedang berlaku di negara kita.

Oposisi dan pemberontakan ini bisa disebabkan karena kesalahan sistem, atau kerena adanya deviasi sistem terhadap perkembangan politik modern, atau kerena masyarakat telah kehilangan kepercayaannya terhadap sistem politik yang berlaku selama ini.

Secara pribadi, saya adalah salah seorang golput dalam pengertian di atas. Kebingunan kita terhadap sikap dan tingkah polah para pemimpin, awalnya mendorong kita sebagai kelompok yang netral, tidak memihak dan menerima setiap keputusan politik yang diambil oleh para ‘pemenang’.

Ketidakpuasan kita terhadap putusan-putusan politik yang diambil para penguasa mendorong kita untuk menolak dan melakukan oposisi, meskipun hanya sekedar protesan dan omelan di warung dan kamar mandi.

Keterbatasan-keterbatasan kita sebagai rakyat kecil dalam memberikan opini-opini dan masukan kepada pihak berkuasa, serta ketidaksetujuan-ketidaksetujuan kita terhadap kebijakan-kebijakan yang tanpaknya seperti ‘menjajah’ atau ‘memenjarakan’, mendorong kita untuk menolak (kalau bukan berontak) dengan cara yang paling aman dan mudah, yaitu menjadi golput dalam setiap pemilu yang berlangsung di negara ini.

Bila kemudian sebahagian agamawan menveto haram terhadap pilihan politik ini, maka kita balik bertanya, sudahkan sistem politik kita mengakomodasi ajaran-ajaran agama sejara jujur? Atau malah menjadikan agama sebagai ‘sapu tangan’ terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang.

Bila para pemimpin takut kehilangan lagalitas dan suara, maka kita bertanya, dimana legalitas ketika kecurangan-kecurangan dan penipuan-penipuan dilakukan? Diamana suara-suara kebenaran diendapkan dan dibungkam?

Bila dulu, ada hadis yang menyatakan diam sebagai persetujuan, maka persetujuan itu dengan muka yang memerah karena malu, dan senyum karena senang. Sekarang, kita diam karena kita tidak setuju, dan suara kita tidak berarti. Diam kita dengan wajah yang menghitam dan bibir yang terkatup. Hanya hembusan dan tarikan nafas yang menandakan bahwa kami masih hidup dalam kezaliman di negeri sendiri.

Maka, bila golput juga dilarang, izinkan kami untuk menyatakan sikap dalam bentuk yang lain. Siap…………?!

Aikido Banda Aceh


Teman-teman para peminat aikido...!

berhubung pelatihan aikido di puleh dijo tidak bisa dilanjutkan, dikarenakan pelatih yang lama telah pindah tugas, maka ada bebrapa hal yang perlu kami sampaikan.

Pertama
Tempat latihan baru beralamat di SD 54 Kota Banda Aceh, prada, lebih dikenal dengan SD TAHIJA
latihan berlangsung setiap hari selasa, kamis, dan sabtu sore ba'da ashar sampae azan magrib

Kedua
Pelatihan sementara ini ditangani oleh senpai Ivan dan sempai Andres, masing-masing kyu II Institut Aikido Indonesia

Ketiga
biaya pendaftaran Rp. 50 ribu, selanjutnya biaya kas bulanan sebesar Rp. 50 Ribu

Keempat
Saat ini kita sedang menunggu kepastian status afiliasi dojo banda aceh, apakah akan tetap diteruskan dengan IAI di Jakarta, atau dengan Yayasan Aikikai Indonesia cabang Medan Sumatera Utara

Kelima
Karena kita berlatih menggunakan matras, bagi yang punya kelebihan, boleh menyumbang matras, baik bekas, baru, atau sumbangan uang untuk pembelian matras yang representatif sehingga bisa menampung latihan banyak orang

sekian dulu....

Kamis, Januari 15, 2009

Tragedi Palestina, sebuah cermin kecil

Apa yang terjadi di Palestina, tanah para nabi dan kiblat agama-agama samawi itu? Koran-koran, radio, berita televisi, milis (mailing list) via internet dan sms-sms juga membahas tragedi Palestina. Tapi tregedi itu terus berlangsung dan kitapun kembali sibuk dengan rutinitas sehari-hari.

Palestina adalah sebuah keberuntungan diantara ketidakberuntungan-ketidakberuntungan yang terjadi di muka bumi ini. Palestina terlanjur terkenal dengan peristiwa-peristiwa bersejarah yang terekam dalam kitabsuci-kitabsuci agama, sehingga banyak mata memandang Palestina yang jauh itu.

Bahkan kota suci Palestina tidak bisa bersih dari darah dan air mata, lalu bagaimana nasib kota-kota lainnya yang tidak sempat disebut oleh khatib-khatib di mimbar jum’at, yang tidak pernah kita baca di koran-koran, yang tidak pernah diperlihatkan kepada kita rupa mereka di televisi?

Ada banyak palestina di muka bumi ini, yang pernah menjadi kiblat setiap ummat sebelum Allah mempersatukan kita dalam tauhid dan memerintahkan umat manusia menghadap kearah Ka’bah di Kota Makkah. Palestina-palestina itu tidak jauh, begitu dekat sehingga kita menganggap tragedi-tragedi mereka sebagai bagian yang integral dan identitas yang mengikat sebuah peradaban. Kita buta, bukankah itu biasa saja!

Di masjid-masjid, para imam memimpin qunut, dengan suara serak mereka berdoa, Ya Allah, hancurkanlah orang-orang musyrik, orang-orang munafik, orang-orang kafir, orang-orang yahudi, orang-orang nasrani! Ya Allah, tolonglah orang-orang beriman, orang-orang yang berjihad di jalan-Mu! Amin!

Tapi, pernahkah para imam menjelaskan, bahwa doa ini sangat mematikan akibatnya? Betapa tidak, pada saat yang sama, orang-orang musyrik itu masih makan sepiring dengan kita, orang-orang munafik itu masih satu saf dengan kita, orang-orang kafir itu masih berjabattangan dengan kita, orang-orang yahudi itu masih bercanda dengan kita, orang-orang nasrani itu masih… masih mendidik anak-anak kita.

Bukankah kita pernah belajar dari al-Quran untuk mewaspadai fitnah, karena dampaknya tidak hanya berimbas pada orang zhalim saja? Lalu, dimanakah orang-orang beriman itu? Siapakah orang-orang yang berjihad di jalan Allah?

Ketika orang-orang Makkah belum mengenal tauhid, Allah menolong mereka dengan pasukan ababil, sekelompok burung yang membawa batu-batu api yang dilemparkan kepada pasukan Abrahah. Namun, setelah Allah mengutus rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW, Allah tidak lagi membela mereka dengan ababil itu.

Ibu orang-orang beriman, Khadijah Ra, menebus keimanannya dengan kemiskinan dan keterkucilan. Ayah dan ibunda Yasir Ra, menebus keimanannya dengan kematian. Bilal Ra, memelihara tauhidnya dibawah tindihan batu-batu panas di padang pasir. Hamzah dan Umar Ra, memelihara keimanan mereka dengan pedang. Apatah lagi Abubakar Ra, Ali Kwjh, dan assabiqunal awwalun yang lainnya.

Rasul sendiri, sang manusia terpilih, harus rela diusir, diludahi, dilempari tahi unta, bahkan diancam bunuh oleh orang-orang musyrik. Kenapa? Karena nabi tidak berdakwah tentang tragedi di Palestina, tragedi di Roma, Tragedi di Afrika, tragedi di Cina, tragedi di Irak, tragedi di Mesir atau tempat-tempat lainnya yang pernah dicatat dalam peta dunia dari dulu sampai sekarang. Tapi Nabi SAW berdakwah kepada penduduk Makkah tentang tragedi yang sedang terjadi di Makkah saat itu.

Rumusan dakwah Nabi SAW sepertinya sederhana sekali. Bila kita tidak berhasil memperbaiki kondisi lokal yang bersifat urgent (dharuriy), bagaimana kita bisa memperbaiki kondisi global yang lebih kompleks (mutanawwi’iy)? Atau dengan ungkapan yang lain, bukankah masalah setiap masyarakat adalah sama, yaitu kedhaliman, lalu bagaimana kita bisa menyelesaikan persoalan dalam masyarakat lainnya sedangkan pada saat yang sama, masyarakat kita terbengkalai?

Lalu, apa hubungannya dengan ababil? Karena ajaran tauhid mengharuskan kita berusaha (mungkin berjihad) dan tidak berpangku tangan menunggu keajaiban-keajaiban di sekeliling kita. Karena itu, hijrah Nabi SAW dan para Sahabat Ra, bukanlah sebuah pelarian politis untuk mencari suaka, tapi sebuah penawaran konsep kepada masyarakat yang lebih rasional (masih memiliki akal yang sehat). Apakah hijrah kita hari ini menuju rasionalitas atau malah menuju fanatisitas?

Setibanya di Madinah, ajaran tauhid ini diaplikasikan untuk menyelesaikan konflik berkepanjangan yang terjadi di sana, baru setelah semua masalah lokal teratasi, Rasulullah SAW mengarahkan dakwahnya dalam cakupan yang lebih luas dan metode yang lebih beragam. Jadi, dalam sirah nabawiyah, jihadkan bukanlah perang berdarah semata-mata, tapi jihad adalah membebaskan diri sendiri dan orang sekitar dari ancaman neraka, untuk kemudian menyelamatkan lebih banyak orang lagi, lagi dan lagi…

Shalahudin al-Ayyubi yang sering kita kenang sebagai pembebas al-Aqsha, bukanlah seorang anak kecil yang bangun dari mimpinya, lalu mengambil sebilah pedang dan berlari ke tengah-tengan pasukan salib di Palestina seorang diri. Ia lahir dan dibesarkan dalam suasana konflik antara sesama pemimpin dunia Islam. Banyak penguasa yang hanya memikirkan keuasaannya saja, sehingga mereka rela bercerai berai, bahkan bekerja sama dengan orang kafir untuk mengalahkan saudaranya sendiri.

Keadaan ini menyebabkan umat Islam lemah, sehingga pasukan salib dengan leluasa menanamkan pengaruhnya di wilayah-wilayah kaum muslimin. Salah satu peristiwa yang mungkin masih mudah ditemukan catatannya adalah pendudukan Palestina oleh pasukan salib, dimana banyak kaum muslimin yang disembelih….

Kondisi ini mungkin tidak jauh berbeda dengan kondisi umat Islam saat ini. Salahuddin mesti berjuang untuk mengumpulkan orang-orang yang mau berperang demi menegakkan kemualiaan dan kehormatan kaum muslimin, dan tantangan terbesarnya bukanlah orang-orang kafir, melainkan para pemimpin dan penguasa kaum muslimin sendiri. Untuk itu, hampir separuh umurnya dihabiskan untuk perang saudara dalam rangka mempersatukan kembali umat Islam, baru kemudian Palestina bisa dibebaskan.

Jadi, alangkah naifnya bila orang-orang beriman dan para pemimpinnya hari ini terkecoh oleh kedhaliman segelintir yahudi di Palestina, dan melupakan kampung halamannya sendiri yang semakin rapuh digerogoti oleh agen-agen yahudi, yang anehnya adalah orang Islam sendiri.

Sungguh menggelikan, ketika orang-orang sibuk untuk mengumpulkan sumbangan bagi saudara-saudara yang ada di Palestina, padahal tetangganya, mungkin juga keponakannya lebih membutuhkan perhatian dan uluran tangan. Tenaga-tenaga pemuda kita masih sangat dibutuhkan untuk memperbaiki jalan, saluran air, masjid dan madrasah yang rusak secara sukarela. Atau kita hendak melarikan diri dari tanggung jawab yang telah pasti menuju rimba yang gelap gulita?

Wahai orang-orang yang merasa dirinya adalah anshar, damaikan dulu antara aush dan khazraj dengan hukum Allah, sebelum kalian melangkah untuk memerangi musuh-musuh Allah di tempat yang jauh. Wa billahi taufiq wal hidayah! Amin!