Salah seorang teman bergurau bahwa harga pakaian
mengikuti bagian tubuh secara paradok, semakin kebawah harganya justru semakin
tinggi. Dia mencontohkan harga sebuah peci sekitar 30 ribu, kain rida’ 50 ribu,
baju 80 ribu, celana 150 ribu, sepatu atau sandal 250 ribu.
Menurut saya ini gurauan yang tidak lucu, bukan hanya
karena saya tidak sampai tertawa, tapi juga karena saya menilai pernyataan
kawan tersebut ada benarnya. Kenapa saya menyebutnya gurauan, karena saya su’uzhan
bahwa paradok ini dimunculkan dengan maksud menyindir, bahwa bagian tubuh
paling atas sepertinya sudah kekurangan nilainya di masa ini.
Kepala setidaknya identik dengan tiga hal, menurut saya,
yaitu akal, wajah dan nyawa seseorang. Kepala merepresentasikan akal,
kecerdasan, kebudayaan dan kreatifitas manusia.
Dengan potensi ini manusia bisa bertahan hidup, membangun kehidupan yang
lebih baik, juga menghancurkan kehidupan itu sendiri. Maka kita mendapati
ungkapan kepala disematkan pada pimpinan kampung, pimpinan sekolah, juga
pimpinan perampok.
Bagian kepala juga merepresentasikan identitas,
karakteristik, kekurangan dan kelebihan seseorang. Bagian kepala yang kita
sebut wajah terdiri dari kombinasi mata, mulut, hidung, telinga, alis hingga
kerutan pada kulit dapat membedakan seseorang dengan lebih lima milyar manusia
lainnya di muka bumi ini. Maka kita dapati hampir semua dokumen penting terkait
identitas seseorang menggunakan foto kepala bagian atas.
Dalam sebuah rekaman ceramah saya mendengar pertanyaan
narasumber kepada pendengarnya, “bagaimana reaksi anda jika ada tubuh tanpa
kepala?” Spontan jamaah menjawah bahwa tubuh tanpa kepala berarti tubuh yang
mati, tak bernyawa, atau hantu yang membuat orang lari terbirit-birit
ketakutan. Ya, kepala melambangkan kehidupan. Bahkan sebuah patung kepala lebih
hidup dari tubuh yang tercerai dari kepalanya.
Itulah sebabnya, saya tidak setuju dengan paradok yang
diajukan oleh kawan saya tadi. Harga dalam rupiah tidak selalu identik dengan
harga anggota tubuh sesungguhnya. Boleh jadi, saya berkilah, dalam dunia
fashion, pakaian bagian atas tubuh lebih sering diganti dibandingkan pakaian
bagian, bawah. Karena topi sering diganti-ganti maka harganya lebih murah dari
rida’, baju lebih sering diganti dibandingkan celanan, dan sepertinya, sejauh
pengamatan saya, sandal jarang sekali diganti kecuali sudah putus talinya. Karena
sering diganti, maka jumlah persediaan pakaian harus lebih banyak, karena
jumlahnya banyak, maka harganyapun menjadi lebih murah. Demikian nalar
sederhana ekonomi saya.
Terus terang, saya tidak bisa membayangkan, jika suatu
saat gurauan kawan ini menjadi sesuatu yang linier. Mungkin patung-patung
monumental akan diukir dalam bentuk kaki atau sepatu, foto identitas akan
digantikan dengan tapak kaki, dan para pemimpin akan disebut sebagai kaki.
Dengan santainya kawan saya menimpali, “zaman itu sudah
datang, bro!” Menurutnya, saya saja yang
silap mata, karena masih melihat dengan persfektif mata kepala, bukan dengan
mata kaki. “Para pemimpin hari ini dipanggil sebagai kaki tangan, tidak lagi
sebagai kepala dari masyarakatnya. Tindakan dan kebijakan pemimpin tidak
mewakili kebutuhan masyarakatnya,” kata kawan saya.
“Kemanapun kamu pergi, jejakmu selalu diikuti, sama
seperti pemburu mengendus jejak binatang buruannya dari tapak kaki, tidak
peduli wajahnya seperti apa,” lanjut kawan saya.
“Bagaimana dengan peradaban?” tanya saya. “Kamu pikirlah
sendiri, hari ini sepasang kaki nilai pertanggungan asuransinya bisa lebih
besar dari harga mobil yang parkir di sana,” jawab teman saya ketus, sambil
menunjuk ke sebuah mobil yang diparkir di luar kedai kopi yang kami singgahi.
Masa iya, pikir saya, memang saya belum pernah mendengar
ada asuransi kepala, paling adanya asuransi jiwa atau asuransi kecelakaan. Gurauan
teman saya ini ternyata jauh dari kesan melucu yang saya curigai, malah terlalu
serius untuk saya pahami.
Tiba-tiba mata saya tertumbuk pada motif unik di peci
kawan saya itu. “Itu gambar apa? Tanya saya.
Sambil tersenyum, kawan saya menjawab, “itu motif sandal,
kamu pasti tidak mendunganya kan, ha....ha....ha.....” Tawanya semakin menambah
kebingungan saya. Apa dunia yang saya kenal sudah benar-benar berubah, sandal
yang di kaki sudah naik ke kepala.
“Itu motif sandal Rasulullah, bro.” Kawan saya
melanjutkan. “Jika dunia sudah benar-benar terbalik sehingga kaki lebih mulia
dari kepala, maka bagi kita yang masih waras, telapak kaki ibu dan rasullah
yang patut untuk kita banggakan, bukan begitu?” kawan ini menjelaskan sambil
beretorika.
“Ah...” hanya itu komentar yang bisa keluar dari mulut saya.
Gurauan ini telah merusak selera saya terhadap kopi yang ada di depan kami. Saya
berharap memperoleh sesuatu yang mencerahkan dari diskusi saya dengan kawan
ini, tapi pikiran saya justru menjadi kalut.
Bagaimana dengan anda?
Best Online Casino Canada: Best bonuses, free spins, and
BalasHapusPlay at 카지노사이트 the best Online Casino Canada! ☝️ Fast Payouts ☝️ Online Casino 샌즈카지노 Withdrawal 제왕카지노 ☝️ Fast Support ☝️ Deposit Methods ☝️ Latest Promotions Rating: 4.3 · Review by Shootercasino