Senin, Mei 29, 2017

Hadis Nomor 34 dari Kitab Arbain Imam Nawawi



Bagaimana mencipatakan dunia yang lebih baik? Ada banyak teori dan gebrakan, tapi secara sederhana, dunia akan lebih baik bila perbuatan buruk semakin sedikit, khususnya keburukan yang memiliki dampak tidak hanya pada pelakunya, tapi juga kepada orang lain.

Dalam hadis nomor 34 sebagai berikut : Diriwayatkan dari Abi Said Al-Khudhri radhiallahu anhu: beliau berkata, saya mendengar Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

Yang artinya kurang lebih :

Siapa saja yang melihat kemungkaran, hendaklah segera dicegah dan diperbaiki dengan tangannya, jika tidak mungkin, maka cegah dan perbaiki dengan lisannya, jika tidak mungkin juga, maka cegah dan perbaiki dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.

Keburukan, kejahatan, kemungkaran, dan semua istilah untuk perbuatan yang tidak baik, jika belum terjadi harus segera dicegah, jika sudah terlanjur harus segera diperbaiki sebelum memberikan dampak buruk yang lebih luas, demikian kira-kira makna hadis yang saya tangkap.

Secara umum, Rasulullah menganggap umatnya tidak buta terhadap kecurangan dan kejahatan, hanya saja, kemampuan mereka dalam menghadapinya berbeda-beda, sesuai dengan kadar iman masing-masing.

Orang yang utuh imannya, lahir dan batin, akan segera mengambil langkah-langkah aktif yang nyata, diistilahkan dengan tangan, sehingga bisa segera menghentikan dan memperbaiki sebuah tindakan kejahatan.

Yang imannya kurang sempurna lahir dan batin, akan melakukan tindakan dengan lisannya, dengan memberi teguran, nasehat dan peringatan. Yang terakhir adalah yang imannya paling lemah, baik lahir maupun batin, maka yang bersangkutan juga tidak gugur kewajibannya untuk mencegah dan memperbaiki kerusakan dengan hatinya, dengan doanya, dan yang paling penting, jangan sampai dirinyalah pelaku kejahatan dan kerusakan tersebut.

Untuk situasi hari ini, kita harus jujur bahwa kadar dan kulitas iman kita naik dan turun. Adakalanya ketika kondisi iman kita mantap, mudah sekali bagi kita untuk berkata tidak pada kejahatan, dan bersegera mencegah atau menghindarinya. Pada saat kondisi iman kita lemah, maka sulit sekali berkata tidak, bahkan menghindar dari lingkungan yang jahat sekalipun.

Sebagai catatan, tidak dikatan kejahatan atau persengkokolan yang menjadi kuat. Tapi justru iman yang menjadi lemah. Oleh karena ini, mari sama-sama memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT, dengan mempelajari dan mengamalkan sebab-sebab kekuatan iman, dan menjauhi hal-hal yang melemahkannnya.

Hasbunallah wa ni`malwakil, ni`mal mawla wa ni`mannashir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar