Senin, Mei 22, 2017

Hadis Nomor 36 dari Kitab Arbain Imam Nawawi



Pada hadis nomor urut 36, sepertinya Imam Nawawi hendak menunjukkan contoh-contoh amal baik yang perlu dilakukan dalam rangka mengumpulkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga kita bisa masuk ke dalam golongan hamba-hamba yang dikasihi Allah, amin.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi SAW yang bersabda :

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِما سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ فِيمَا بَيْنَهُمْ؛ إلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ، وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ أَبَطْأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

Yang artinya lebih kurang :
Siapa saja yang membantu orang mukmin dalam urusan dunia, Allah akan membantu urusannya di akhirat. Siapa saja yang memudahkan urusan dengan orang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutup aib seorang muslim di dunia, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat.
Allah akan selalu menolong seseorang yang sedang menolong saudaranya.
Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga,
Kapan saja orang-orang berkumpul di rumah Allah dalam rangka membaca Alquran dan saling menyebarkan ilmu pengetahuan, maka Allah menganugerahi mereka dengan sakinah, rahmah, dan menyebut nama-nama mereka di hadapan malaikat-malaikatnya.
Dan siapa saja yang amalan kebaikannya kurang, tidak bisa tertolong oleh nasabnya.

Frasa terakhir sangat terkait dengan pembahasan kita pada hadis 37 sebelumnya, bahwa jika kebaikan kita kurang, kekurangan tersebut tidak bisa ditutupi, meskipun kita adalah keturunan orang hebat-hebat, seperti ulama, habaib, bangsawan atau orang kaya. Pada akhirnya, kita memperoleh apa yang telah kita usahakan di dunia ini.

Jika kita cemburu dengan kebaikan yang diperoleh orang lain di dunia, kita masih bisa mengusahakan untuk memperoleh kebaikan yang sama atau lebih baik. Tapi di akhirat, sebagaimana diriwayatkan sebagai petuah saidina Ali karamallahu wajhahu atau Khalifah Umar bin Khatab radhiallahu anhu, adalah tempat kita dihisab tampa bisa beramal (memperbaiki keadaan).

Maka kecemburuan kita kepada kebaikan yang diperoleh oleh orang lain di akhirat, tidak bisa ditutupi atau dipulihkan, wallahu a’lam.

Salah satu perbuatan baik yang diakui baik oleh orang beriman, maupun tidak beriman adalah menolong orang yang sedang dalam kesulitan. Menolong merepresentasikan kashih sayang Allah dalam jiwa kita, sebagaimana ungkapan yang seringkali kita sebutkan dalam banyak kesempatan sebelum memulai segala sesuatu, bismillahirrahmanirrahim.

Menolong manusia, khususnya orang islam adalah sebuah keniscayaan. Menolong non muslim juga suatu kepatutan, yang boleh jadi akan mengantarnya kepada hidayah Allah SWT. Demikian pula menolong makhluk lainnya seperti binatang dan tumbuhan, karena mereka semua makhluk Allah, yang dalam Alquran disebut tidak putus berzikir kepada Allah SWT.

Apakah orang non muslim yang membantu orang beriman akan beroleh pahala? Ada banyak riwayat dari para ulama tentang hidayah yang diterima non muslim setelah mereka membantu orang islam. Tentu tolong menolong yang dimaksudkan dalam rangka kebaikan dan kemaslahatan hidup, bukan dalam rangka bermaksiat dan melanggar ketentuan Allah SWT.

Sepertinya, ada pengkhususan terkait menutup aib orang lain. Dan saya yakin, insya Allah, jika kita saling menutupi aib, dunia akan menjadi lebih baik dan beradab, baik di dunia nyata maupun di dunia online, amin. Boleh jadi, cara termudah membantu saudara kita adalah dengan tidak membicarakan aibnya, subhanallah....

Terakhir, dalam hadis ini disebutkan keutamaan menuntut ilmu dan majelis ilmu. Secara prbadi, penuntut ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga, dan secara berjamaah, para penuntut ilmu akan memperoleh sakinah, rahmah, dan pujian dari Allah di hadapan malaikat-malaikatnya.

Dalam Alquran disebutkan, bahwa orang yang berilmu memperoleh kelebihan beberapa derajat dibandingkan orang biasa-biasa saja. Boleh jadi derajat kelebihan tersebut adalah derajat sakinah, dan rahmah ini, serta pujian dari Allah di hadapan malaikat-malaikatnya.

Apa makna sakinah dan rahmah di sini? Saya tidak akan membahasnya, biarlah kita semua membuktikan dan mengalami sendiri seperti apa sakinah dan rahmah tersebut dalam kegiatan menuntut ilmu dan berkumpul dalam majelis-majelis ilmu, terutama dalam bulan ramadhan kali ini, insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar