Kamis, Juni 01, 2017

Hadis Nomor 31 dari Kitab Arbain Imam Nawawi



Dicintai Allah dan dicintai oleh manusia adalah dua hal yang sangat diinginkan. Pada umumnya, untuk mendapatkan cinta, seseorang akan melakukan apa saja yang disukai dan memenuhi semua kebutuhan dari orang yang diharapkan cintanya.

Supaya dicintai istri dan anak-anak kita akan sering memenuhi permintaan mereka akan pakaian baru, makanan enak, jalan-jalan dan sebagainya. Supaya dicintai kawan-kawan maka kita sering mentraktir mereka. Supaya dicintai pimpinan dan atasa di tempat kerja, kita selalu bekerja dengan rajin dan tentu saja mencari perhatian dengan berbagai cara.

Sepertinya merebut cinta seperti ini sangat melelahkan sekali, demikian kira-kira yang dirasakan oleh seorang sahabat Nabi Saw 1400 tahun yang lalu. Ia beriktiar untuk bertanya kepada Rasul SAW, adakah cara yang lain untuk memperoleh cinta manusia, dan tentunya cinta Allah SWT.

Hal ini bisa kita simak di dalam hadis nomor 31 yang dirunut oleh Imam Nawawi sebagai berikut:

Diriwayatkan dari Al-Abbas, yaitu seorang Sahabat Nabi yang bernama Sahl bin Sa`di al-Sa`idi, beliau berkata: seseorang mengunjungi Rasulullah Saw dan bertanya kepadanya :

يَا رَسُولَ اللَّهِ‍! دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ
Ya Rasulullah
Tunjuki aku suatu perbuatan yang jika kulakukan, maka Allah akan mencintaiku, demikian juga manusiapun mencintaiku.

Maka Rasulullah Saw menjawab :

ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّك اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّك النَّاسُ
Kurang lebih artinya :
Zuhudlah dalam kehidupan dunia, niscaya Allah akan mencintaimu.
Dan zuhudlah dalam perkara-perkara yang disukai manusia, niscaya manusia akan mencintaimu.

Istilah zuhud sering kali disandingkan dengan istilah wara’. Pengertiannnya secara umum, wara` cenderung untuk menahan diri dari hal-hal yang syubhat. Sementara zuhud, cenderung menahan diri dari hal-hal yang mubah/halal.

Bila dikatakan bersikap wara’ lah, maka maksudnya berhati-hatilah terhadapsesuatu yang belum jelas statusnya, baik makanan, harta maupun perbuatan. Bila dikatakan suhudlah, maka maksudnya kurang lebih, tahan dirilah untuk tidak mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang halal misalnya, karena dapat berakibat tidak baik untuk kesehatan, dan sebagainya.

Nah, terkait hadis di atas, alih-alih melakukan banyak amal baik dan ibadah di dunia, jika memang tidak sanggup, cukuplah bersikap zuhud terhadap dunia, maka Allah akan cinta dan ridha kepada hamba. Boleh jadi seseorang punya kelemahan dari segi fisik, atau dari segi harta, atau dari segi semangat untuk beramalnya yang lemah, maka rasulullah menganjurkannya untuk tidak terlalu mengejar kehidupan dunia, baik secara materil maupun moril. Cukup hidup sederhana saja di dunia, sehingga tidak terlalu resah dengan kesulitan yang dihadapi, dan tidak terlalu gembira dengan karunia yang diterima, mungkin begitu ya kira-kira, maklum ini hanya pemahaman saya saja yang dangkal.

Selanjutnya, untuk dicintai manusia, bersikap zuhudlah pada hal-hal yang diperebutkan oleh manusia. Contohnya, ketika banyak yang berebut jabatan, anda mengurungkan diri dari persaingan merebut jabatan tersebut, insya Allah yang semula merasa jadi saingan akan berbaikan dengan anda. Jika yang lain pada rebutan ngambil bantuan atau sembako gratis, anda malah memberikan kuponnya kepada orang lain yang lebih membutuhkan, insya Allah anda akan dicintai oleh orang yang anda berikan kupon bantuan tersebut.

Katakanlah anda dan sekelompok pemuda memperebutkan cinta seorang dara, nah anda mundur dari kompetisi tersebut, maka semua kawan-kawan muda tadi akan sering mentraktir anda untuk curhat misalnya, karena sama sekali tidak dianggap saingan, he...he....he....

Mungkin sederhanya, jika kita punya kelemahan dan kekurangan untuk memenuhi semua permintaan dari manusia, seperti istri dan anak-anak, maka minimal kita tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti mereka, sehingga mereka tetap sayang kepada kita, meskipun mungkin ekspresinya berbeda-beda.

Wallahu a’lam, semoga ada manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar