Dicintai Allah dan dicintai oleh manusia adalah dua hal
yang sangat diinginkan. Pada umumnya, untuk mendapatkan cinta, seseorang akan
melakukan apa saja yang disukai dan memenuhi semua kebutuhan dari orang yang
diharapkan cintanya.
Supaya dicintai istri dan anak-anak kita akan sering
memenuhi permintaan mereka akan pakaian baru, makanan enak, jalan-jalan dan
sebagainya. Supaya dicintai kawan-kawan maka kita sering mentraktir mereka. Supaya
dicintai pimpinan dan atasa di tempat kerja, kita selalu bekerja dengan rajin
dan tentu saja mencari perhatian dengan berbagai cara.
Sepertinya merebut cinta seperti ini sangat melelahkan
sekali, demikian kira-kira yang dirasakan oleh seorang sahabat Nabi Saw 1400
tahun yang lalu. Ia beriktiar untuk bertanya kepada Rasul SAW, adakah cara yang
lain untuk memperoleh cinta manusia, dan tentunya cinta Allah SWT.
Hal ini bisa kita simak di dalam hadis nomor 31 yang dirunut
oleh Imam Nawawi sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Al-Abbas, yaitu seorang Sahabat Nabi yang
bernama Sahl bin Sa`di al-Sa`idi, beliau berkata: seseorang mengunjungi
Rasulullah Saw dan bertanya kepadanya :
يَا رَسُولَ اللَّهِ! دُلَّنِي عَلَى
عَمَلٍ إذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِي اللَّهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ
Ya Rasulullah
Tunjuki aku suatu perbuatan yang jika kulakukan, maka
Allah akan mencintaiku, demikian juga manusiapun mencintaiku.
Maka Rasulullah Saw menjawab :
ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّك اللَّهُ،
وَازْهَدْ فِيمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّك النَّاسُ
Kurang lebih artinya :
Zuhudlah dalam kehidupan dunia, niscaya Allah akan
mencintaimu.
Dan zuhudlah dalam perkara-perkara yang disukai manusia,
niscaya manusia akan mencintaimu.
Istilah zuhud sering kali disandingkan dengan istilah
wara’. Pengertiannnya secara umum, wara` cenderung untuk menahan diri dari
hal-hal yang syubhat. Sementara zuhud, cenderung menahan diri dari hal-hal yang
mubah/halal.
Bila dikatakan bersikap wara’ lah, maka maksudnya
berhati-hatilah terhadapsesuatu yang belum jelas statusnya, baik makanan, harta
maupun perbuatan. Bila dikatakan suhudlah, maka maksudnya kurang lebih, tahan
dirilah untuk tidak mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang halal misalnya,
karena dapat berakibat tidak baik untuk kesehatan, dan sebagainya.
Nah, terkait hadis di atas, alih-alih melakukan banyak
amal baik dan ibadah di dunia, jika memang tidak sanggup, cukuplah bersikap
zuhud terhadap dunia, maka Allah akan cinta dan ridha kepada hamba. Boleh jadi
seseorang punya kelemahan dari segi fisik, atau dari segi harta, atau dari segi
semangat untuk beramalnya yang lemah, maka rasulullah menganjurkannya untuk
tidak terlalu mengejar kehidupan dunia, baik secara materil maupun moril. Cukup
hidup sederhana saja di dunia, sehingga tidak terlalu resah dengan kesulitan
yang dihadapi, dan tidak terlalu gembira dengan karunia yang diterima, mungkin
begitu ya kira-kira, maklum ini hanya pemahaman saya saja yang dangkal.
Selanjutnya, untuk dicintai manusia, bersikap zuhudlah
pada hal-hal yang diperebutkan oleh manusia. Contohnya, ketika banyak yang
berebut jabatan, anda mengurungkan diri dari persaingan merebut jabatan
tersebut, insya Allah yang semula merasa jadi saingan akan berbaikan dengan
anda. Jika yang lain pada rebutan ngambil bantuan atau sembako gratis, anda
malah memberikan kuponnya kepada orang lain yang lebih membutuhkan, insya Allah
anda akan dicintai oleh orang yang anda berikan kupon bantuan tersebut.
Katakanlah anda dan sekelompok pemuda memperebutkan cinta
seorang dara, nah anda mundur dari kompetisi tersebut, maka semua kawan-kawan
muda tadi akan sering mentraktir anda untuk curhat misalnya, karena sama sekali
tidak dianggap saingan, he...he....he....
Mungkin sederhanya, jika kita punya kelemahan dan
kekurangan untuk memenuhi semua permintaan dari manusia, seperti istri dan
anak-anak, maka minimal kita tidak melakukan perbuatan yang dapat menyakiti
mereka, sehingga mereka tetap sayang kepada kita, meskipun mungkin ekspresinya
berbeda-beda.
Wallahu a’lam, semoga ada manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar