Selasa, Juni 13, 2017

Hadis Nomor 28 dari Kitab Arbain Imam Nawawi



Gejolak akhir zaman, telah diwanti-wanti oleh Rasulullah sejak dahulu kepada para sahabatnya. Barang siapa yang berumur panjang, akan melihat perbedaan-perbedaan yang memecahbelah umat islam. Pada hadis nomor urut ke 28, diriwayatkan oleh salah seorang sahabat, Abu Najih al-Irbadh bin Sariyah yang berkata :

Suatu ketika Rasulullah memberi kami pelajaran yang membuat hati bergetar dan mata menjadi sendu, maka kami berkata kepada Rasulullah : Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah pertemuan terakhir, maka berilah kami wasiat. Lalu Rasulullah Saw bersabda :

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Aku mewasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah. Mendengar dan patuh kepada pemimpin walaupun dia adalah seorang budak. Barang siapa diantara kalian yang berumur panjang akan melihat banyak perselisihan. Maka hendaklah kalian menjaga sunnahku, dan sunnah pengganti ku yang jujur dan mengikuti petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, hindarilah perkara-perkara yang baru, karena setiap bid’ah adalah sesat. Demikian lebih kurang terjemahan hadis ini.

Secara umum, rasulullah meminta para sahabat dan umatnya untuk selalu bertakwa kepada Allah swt. Dengan kata lain, langkah pertama menyelematkan diri dan agama di akhir zaman adalah dengan bertakwa kepada Allah swt, baik dalam arti sempit maupun pengertian yang luas. Kalaupun tdak bisa menyelamatkan banyak orang, maka yang wajib dijaga adalah diri sendiri dan keluarga.

Langkah kedua, mungkin demi menjaga ketertiban umum, rasulullah meminta kita untuk mendengar dan taat kepada pemimpin. Tentu kita sepakat bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin kaum muslimin, walaupun berasal dari kalangan budak. Ini untuk menjaga soliditas ummat, sehingga tidak mudah diporak-porandakan oleh kedengkian orang-orang musyrik.

Saya kira, poin yang ketiga, penekanannya adalah kepada para pemimpin kaum muslimin untuk memegang teguh sunnah rasulullah dan para penggantinya, khususnya dalam mengayomi umat dan memelihara kewibawaan agama. Karena tidak mungkin bagi masyarakat awam mengikuti dan menjaga sunnah rasul jika pemimpinnya rusak.

Para pemimpin umat ini akan menghadapi cobaan dan ujian yang berat, namun mereka harus bertahan, karena kemampuan bertahan terhadap cobaan inilah yang menjadikannya pemimpin umat.

Saya cenderung memaknai poin terakhir juga dalam konteks kepemimpinan dan dan kemasyarakatan, bukan masalah ibadah dan ajaran agama. Menurut saya, konsep kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat di masa awal sudah ideal. Hari ini kita melihat kenyataan bahwa konsep-konsep kepemimpinan modern justru memecah belah umat dalam banyak partai, negara, serta berbagai kelompok dan kepentingan, sehingga sulit sekali bagi umat islam di seluruh dunia untuk bersatu dan bersepakat.

Di sebahagian wilayah, umat islam bisa hidup tenang dan beribadah, di tempat lain justru umat ilsam dibantai, dilucuti bahkan dilarang beribadah sesuai dengan keyakinannya.

Umat Islam seharusnya adalah tubuh yang satu, dan dikontrol secara politik dan hukum dalam suatu kendali yang satu juga, sebagaimana pada masa rasulullah, para sahabat, dan orang-orang terdahulu yang kita kenal sebagai khilafah islamiyah.

Umat Islam seharusnya saling membantu dan menguatkan, bukannya saling berperang dan melemahkan. Saya kira, yang dilarang oleh rasul dalam hadis ini adalah mengikuti konsep-konsep politik dan kepemimpinan yang dibuat-buat oleh orang kafir untuk menghancurkan Islam, itulah bid’ah yang sangat berbahaya, menurut saya.

Lalu bagaimana solusinya untuk bisa mengembalikan kesatuan dan persatuan umat Islam? Kembali ke hadis di atas, langkah paling awal adalah memperbaharui ketakwaan kepada Allah SWT, dan melihat Islam sebagai suatu entitas yang lebih besar dari sekedar partai, negara, maupun kelompok. Jika kepentingan umat Islam berbeda dengan kepentingan partai, negara maupun kelompok, seharusnya individu-individu yang berperan dalam partai, negara dan kelompok tersebut lebih mendahulukan kepentingan umat islam.

Ingatlah, Islam sudah dijamin keselamatannya di sisi Allah, tapi partai, negara dan kelompok belum tentu selamat di hadapan pengadilan Allah, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.

Khusus bagi kita yang rendah kulitas iman, dan kecil perannannya di  dalam masyarakat, maka seperti hadis yang kita bahas sebelumnya, peran serta kita dalam persatuan umat Islam adalah minimal dengan menjaga lisan kita jangan sampai menyerang dan menyakiti sesama muslim, khususnya tetangga, kawan, karib kerabat dan para ulama.

Wallahua’lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar