Gejolak akhir zaman, telah diwanti-wanti oleh Rasulullah
sejak dahulu kepada para sahabatnya. Barang siapa yang berumur panjang, akan
melihat perbedaan-perbedaan yang memecahbelah umat islam. Pada hadis nomor urut
ke 28, diriwayatkan oleh salah seorang sahabat, Abu Najih al-Irbadh bin Sariyah
yang berkata :
Suatu ketika Rasulullah memberi kami pelajaran yang
membuat hati bergetar dan mata menjadi sendu, maka kami berkata kepada
Rasulullah : Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah pertemuan terakhir, maka
berilah kami wasiat. Lalu Rasulullah Saw bersabda :
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ،
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ
يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ
Aku mewasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa
kepada Allah. Mendengar dan patuh kepada pemimpin walaupun dia adalah seorang
budak. Barang siapa diantara kalian yang berumur panjang akan melihat banyak
perselisihan. Maka hendaklah kalian menjaga sunnahku, dan sunnah pengganti ku
yang jujur dan mengikuti petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham
kalian, hindarilah perkara-perkara yang baru, karena setiap bid’ah adalah
sesat. Demikian lebih kurang terjemahan hadis ini.
Secara umum, rasulullah meminta para sahabat dan umatnya
untuk selalu bertakwa kepada Allah swt. Dengan kata lain, langkah pertama
menyelematkan diri dan agama di akhir zaman adalah dengan bertakwa kepada Allah
swt, baik dalam arti sempit maupun pengertian yang luas. Kalaupun tdak bisa
menyelamatkan banyak orang, maka yang wajib dijaga adalah diri sendiri dan
keluarga.
Langkah kedua, mungkin demi menjaga ketertiban umum,
rasulullah meminta kita untuk mendengar dan taat kepada pemimpin. Tentu kita
sepakat bahwa pemimpin tersebut adalah pemimpin kaum muslimin, walaupun berasal
dari kalangan budak. Ini untuk menjaga soliditas ummat, sehingga tidak mudah
diporak-porandakan oleh kedengkian orang-orang musyrik.
Saya kira, poin yang ketiga, penekanannya adalah kepada
para pemimpin kaum muslimin untuk memegang teguh sunnah rasulullah dan para
penggantinya, khususnya dalam mengayomi umat dan memelihara kewibawaan agama. Karena
tidak mungkin bagi masyarakat awam mengikuti dan menjaga sunnah rasul jika
pemimpinnya rusak.
Para pemimpin umat ini akan menghadapi cobaan dan ujian
yang berat, namun mereka harus bertahan, karena kemampuan bertahan terhadap
cobaan inilah yang menjadikannya pemimpin umat.
Saya cenderung memaknai poin terakhir juga dalam konteks
kepemimpinan dan dan kemasyarakatan, bukan masalah ibadah dan ajaran agama.
Menurut saya, konsep kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para
sahabat di masa awal sudah ideal. Hari ini kita melihat kenyataan bahwa
konsep-konsep kepemimpinan modern justru memecah belah umat dalam banyak
partai, negara, serta berbagai kelompok dan kepentingan, sehingga sulit sekali
bagi umat islam di seluruh dunia untuk bersatu dan bersepakat.
Di sebahagian wilayah, umat islam bisa hidup tenang dan
beribadah, di tempat lain justru umat ilsam dibantai, dilucuti bahkan dilarang
beribadah sesuai dengan keyakinannya.
Umat Islam seharusnya adalah tubuh yang satu, dan
dikontrol secara politik dan hukum dalam suatu kendali yang satu juga,
sebagaimana pada masa rasulullah, para sahabat, dan orang-orang terdahulu yang
kita kenal sebagai khilafah islamiyah.
Umat Islam seharusnya saling membantu dan menguatkan,
bukannya saling berperang dan melemahkan. Saya kira, yang dilarang oleh rasul
dalam hadis ini adalah mengikuti konsep-konsep politik dan kepemimpinan yang
dibuat-buat oleh orang kafir untuk menghancurkan Islam, itulah bid’ah yang
sangat berbahaya, menurut saya.
Lalu bagaimana solusinya untuk bisa mengembalikan
kesatuan dan persatuan umat Islam? Kembali ke hadis di atas, langkah paling
awal adalah memperbaharui ketakwaan kepada Allah SWT, dan melihat Islam sebagai
suatu entitas yang lebih besar dari sekedar partai, negara, maupun kelompok. Jika
kepentingan umat Islam berbeda dengan kepentingan partai, negara maupun
kelompok, seharusnya individu-individu yang berperan dalam partai, negara dan
kelompok tersebut lebih mendahulukan kepentingan umat islam.
Ingatlah, Islam sudah dijamin keselamatannya di sisi
Allah, tapi partai, negara dan kelompok belum tentu selamat di hadapan
pengadilan Allah, baik di dunia apalagi di akhirat kelak.
Khusus bagi kita yang rendah kulitas iman, dan kecil
perannannya di dalam masyarakat, maka
seperti hadis yang kita bahas sebelumnya, peran serta kita dalam persatuan umat
Islam adalah minimal dengan menjaga lisan kita jangan sampai menyerang dan
menyakiti sesama muslim, khususnya tetangga, kawan, karib kerabat dan para
ulama.
Wallahua’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar