Selasa, Desember 16, 2008

Mengintip Bulan di Bukit Batu


Hampir semua orang menganggap bulan indah. Bahkan perumpamaan-perumpamaan terindah, wanita, dibandingkan dengan bulan. Manusia sungguh terpesona dengan bulan. Kenapa? Karena manusia tinggal jauh dari bulan.

Bumi ini, sesungguhnya, jauh lebih baik dari pada bulan. Bumi adalah tempat terbaik kedua setelah surga yang ditinggalkan nenek-moyang manusia. Tapi, kerapkali manusia tidak bisa menghargai bumi. Kenapa? Karena manusia tinggal di bumi.

Jika kita turun satu tingkat, ke kelompok binatang pemamah biak, maka sungguh, bagi mereka, rumput di padang seberang, sungguh lebih hijau dan segar dibandingkan rumput yang sedang dikunyahnya.

Bagi makhluk yang berpenyakit, anak-anak tetangga jauh lebih patuh dan sopan dari anak-anaknya sendiri. Istri temannya jauh lebih cantik dan perhatian dari pada istri temannya sendiri. Suami sepupunya sajuh lebih tampan dan kaya dari suaminya sendiri. Orang tua teman-temannya jauh lebih sayang dari pada orang tuanya sendiri.

Manusia terlalu sering berdiri di bukit batu, mengimpikan hal-hal yang jauh dan tinggi, suatu tempat yang hanya mungkin dihuni oleh hayalan, tapi tak mungkin dipijak oleh kaki telanjang. Padahal, bila umur manusia telah berakhir, dia akan dibaringkan ditempat yang sering dilewati oleh kaki-kaki telanjang.

Apa artinya manusia tidak boleh bermimpi? Memiliki cita-cita? Dan menggantung harapan? Itu adalah fitrah manusia. Namun sebelumnya, manusia harus menyembuhkan penyakit yang bersarang dalam jiwanya. Mengingat kembali tujuannya diciptakan ke dunia, fungsinya di bumi, dan tujuan akhirnya nanti. Manusia harus beragama untuk meluruskan mimpi-mimpinya, manusia membutuhkan petunjuk untuk merealisasikan cita-citanya. Harapan manusia harusnya digantung pada kaitan yang tidak akan lapuk dan usang oleh waktu.

Manusia memiliki bulan di wajahnya, mata hari di dadanya, biji matanya adalam bintang cemerlang. Pada saat yang sama, manusia berpijak di atas tanah yang subur, yang dialiri oleh sungai-sungai waktu yang mengandung butiran-butiran pengatahuan.

Manusia, jangan lalai…… Allah mengutusmu ke bumi sebagai menteri. Kamu telah menikmati fasilitas dan kemudahan dari Allah untuk menjalankan tugas-tugasmu. Suatu hari, berlembar-lembar kertas akan menjejali kesadaranmu, prestasimu atau pengkhianatanmu.

Manusia, karena kamu tidak sendiri di bumi Allah, kamu juga harus belajar menjadi menteri bagi saudara-saudaramu, para menteri muda yang akan memperlancar tugas-tugasmu, dan mengambil alih tanggungjawabmu di hari tua.

Manusia, kamu juga harus bisa membagi rezeki dan memilah tugas sesama saudara-saudaramu, sesama menteri yang sebaya. Mereka bukan saiangan-sainganmu, mereka adalah para utusan Allah sepertimu, mungkinkah kamu mengkhianati mereka dalam menjalankan tugasmu?

Manusia, haormatilah menteri-menteri yang sudah tua. Pengalaman mereka ibarat rambu lalu lintas bagimu.kesalahan mereka adalah lampu merah, pemikiran-pemikiran mereka adalah lampu kuning, dan teladan-teladan mereka yang baik adalah lampu hijau.

Manusia, jangan hanya memandang bulan dan mengagumi keindahannya. Bulan tidak pernah berhenti berputar menglilingi bumi, atau kau akan kehilangan bulan untuk waktu yang lama. Manusia, jangan hanya berdiri di batu cadas dan bermimpi. Galilah sumur-sumur untuk menuntaskan dahaga manusia…

Syauqiah, Makkah al-Mukarramah,25 November 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar