Senin, September 05, 2011

Rahmat, Maghfirah dan Itkun Minannar

Teringat kembali ceramah tarawih di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh menjelang Idul Fitri 1432 H. Peneramah mengajak jamaah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah di penghujung akhir ramadhan, mengingat begitu banyak pahala dan keistimewaan yang telah Allah sediakan di bulan yang penuh berkah ini, dibandingkan waktu-waktu lainnya di luar ramadhan.

Yang menarik bagi saya adalah penjelasan penceramah tentang rahmat, magfirah dan itkun minnanar. yang sering kita dengar secara harfiyah adalah sekekelumit dari hadis Rasulullah SAW tentang keutamaan ramadhan yang sepertiga awalnya adalah rahmat, sepertiga pertengahannya adalah magfirah, dan sepertiga akhirnya adalah itkun minnanr.

Rahmat itu adalah anugrah Allah yang diberikannya kepada siapa saja tanpa didahului oleh usaha yang 'serius'. Secara umum, semua makhluk Allah di dunia ini memperoleh rahmat Allah, baik manusia atau binatang dan tumbuhan, jin, malaikat, laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, bahkan juga yang tidak beriman kepada Allah sekalipun. Semuanya memperoleh rahmat Allah sesuai kadarnya masing-masing yang telah ditetapkan oleh Allah.

Dalam konteks ramadhan, siapapun beroleh rahmad Allah ini tanpa perlu usaha atau amal ibadah yang 'serius', bukan hanya dari pahala ibadah yang menjadi berlipat ganda, tapi juga dari aspek materi seperti pertumbuhan ekonomi yang juga dirasakan oleh orang-orang non muslim sekalipun. Demikianlah Rahmat Allah yang sangat luas bila dibandingkan dengan kedermawanan manusia.....

Akan tetapi, untuk memperoleh magfirah dari Allah dibutuhkan usaha yang 'serius' yaitu bertoubat dari seala dosa dan kesalahan, baik yang kecil maupun yang besar, yang terhadap Allah, maupun yang terhadap makhluk-makhluknya. Jadi tidak semua orang bisa memperoleh magfirah Allah kecuali harus berusaha keras terlebih dahulu.

Kenapa harus uasaha keras? mengakui kesalahan dan kesilapan adalah usaha yang sungguh berat bagi sebahgian orang, terlebih bila harus meminta maaf kepada orang lain. Semoga saja, Allah mendengar pengakuan dosa-dosa kita, memberikan kebaikan kepada orang-orang yang telah kita dhalimi, sembari berharap bahwa Allah memberi hidayah kepada mereka untuk memaafkan kesalahan kita yang terlalu pemalu untuk langsung minta maaf sendiri. Jadi, boleh jadi kita telah memperoleh magfirah, tapi belum tentu lolos dari api neraka, karena mungkin sebahagian dosa-dosa kita itu masih perlu 'dibakar' di neraka.

Tentu kita semua berharap bahwa kita bisa selamat dari dahsyatnya sisksa Neraka. Mungkin dengan kekuasaan dan sifat rahmat Allah di bulan yang mulia ini, dosa-dosa kita telah 'diputihkan'. Namun bisakah kita terus bertahan?

Disinilah level mereka yang hendak mendapatkan sertifikat itkun minannar, harus mampu menjaga diri dari dosa-dosa baru yang berakibat ke neraka, sekaligus memperbanyak amal ibadha yang mendekatkan diri dan lingkungan kita ke syurga.

Kesimpulannya, ramadhan disisi kita memang hanya 29 atau 30 hari saja. tapi sepertinya waktu itu tidak memadai bagi kita semua untuk meraih semua kemulyaan-kemulyaannya, apa lagi untuk menjadi manusia yang bisa bebas dari neraka sama sekali. sebuah prestasi yang sangat besar sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran : faman zuhziha aninnari wa udkhilul jannata faqad faaza....

Jadi, apakah kita sudah menjadi pemenang atau masih menjadi pecundang? Insya Allah ramadhan akan datang lagi dan kita termasuk orang-orang yang beruntung yang memperoleh rahmat, magfirah, dan itkun minnanr dari Allah SWT. Amin.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar