Minggu, Januari 09, 2011

Korupsi, Baunya Juga Jangan!


Ini kisah tentang keteguhan seorang sahabat saya dalam menghindari korupsi. Baginya, korupsi bukan sekedar melakukan atau tidak melakukan, bahkan baunya juga jangan dekat-dekat.

Beberapa waktu yang lalu, shabat saya ini memberikan kabar gembira di sela-sela latihan aikido di dojo kami. "Kawan-kawan, saya sudah lulus CPNS di Depkes, di KKP Kota S," katanya gembira. Wah, sungguh kabar yang menggembirakan.

Malam itu, usai latihan kita ngumpul bareng di salah satu Cafe milik anggota dojo juga, dalam rangka syukuran kelulusan sahabat kami itu, kita dibayarin makan minum sewajarnya saja, selebihnya ya bayar sendiri.

Beberapa waktu dia tidak hadir latihan, karena mengurus berkas-berkas kelulusannya sebagai CPNS, kebetulan dia dokter yang selama ini kami tau mengabdikan dirinya di rumah sakit jiwa di kota kami. Dia orang yang baik, kami mendoakan semoga semua proses yang dialuinya berjalan lancar.

Seminggu berselang, sahabat ini kembali hadir di dojo untuk latihan, tapi kali ini kabar yang dibawanya kurang sedap. Di tempat dia akan ditugaskan, aroma korupsi sangat kental baunya, mengalahkan aroma kupi ulee kareng yang sering kami minum saat ngumpul bareng usai latihan. "Kurupsi sudah menjadi biasa dan dilakukan terang-terangan, yang tidak mau ikutan dianggap bodoh dan diasingkan," ceritanya sama kami.

Kami hanya mengurut dada saja, memang korupsi saat ini ada di mana-mana. Kami hanya menasihatinya untuk sabar "Yang peting abang kan tidak korupsi juga," kata saya ketika itu.

Beberapa waktu berselang, sang sahabat tidak menunjukkan dirinya di dojo. Mungkin yang bersangkutan sibuk bekerja di tempat barunya di Kota S. Saya pribadi juga tidak punya firasat apa-apa tentang sahabat yang satu ini.

Kemarin sore, dia kembali hadir latihan, bahkan datang lebih awal dari biasa. Pertanyaan pertama yang diutaraknnya kepada saya "Ada kontak aikido gak di Kota M, mungkin nanti saya latihan aikido di sana," katanya. Saya heran "Bang, emang udah pindah tugas dari Kota S ke Kota M, cepet banget urusannya," saya menimpali.

"Bukan, saya sudah mengundurkan diri," kata sahabat ini kalem. "Kok, mengundurkan diri, kan susah untuk lulus CPNS di zaman ini, bang?" tanya saya tambah penasaran.

"Saya tidak betah di sana, jiwa saya tidak tenang di lingkungan orang-orang yang korup. Maka saya memutuskan berhenti saja. Rezeki itu sudah diatur oleh Allah," sahabat ini menjelaskan.

"Jadi di Kota M nanti ngapain?" tanya saya, masih antara percaya dan tidak percaya. "Orang tua saya sudah tua di Kota M, saya ingin menjaga orang tua, sekalian mencari penghidupan di sana, mudah-mudahan jiwa saya bisa lebih tenang," katanya.

"Oke, bang. Abang hebat, kami salut dengan keputusan abang," saya mengapresiasi keputusan sahabat ini, begitu mulia cita-citanya, menjaga orang tua, dan menghindari lingkungan yang korup. Saya pribadi berdoa, semoga usahanya di Kota M nanti dimudahkan Allah, dan dia selalu dipelihara dari praktik-praktik yang koruptif, demikian pula halnya dengan saya dan sahabat-sahabat lain di sini.

"Nanti sms aja ya, nomornya," sahabat ini mengingatkan saya seusai latihan. " Ya, bang, segera," jawab saya. Tidak hanya segera memberinya kontak person aikido di Kota M, tapi juga segera untuk membagi pengalaman ini dengan sahabat-sahabat yang lain.

Sekali lagi, salut buat abang!

(maaf bila ada yang tersinggung, tulisan ini semata-mata untuk membuka mata dan hati kita, mari sama-sama memperbaiki diri, bukannya memelihara alasan untuk pembenaran praktik-praltik koruptif kita)

1 komentar: