Jumat, Oktober 15, 2010

Hakama atau Sarung?


Selama ini, hakama dipahami sebagai pakaian pelengkap atau identitas seorang samurai, demikianlah pemahaman yang muncul dari tradisi pemakaian hakama yang sudah men-sejarah tersebut.

Karenanya, hampir semua sensei yang mewarisi ilmu samurai memakai hakama, yang rata-rata berwarna hitam, meski ada juga yang berwarna putih.

Sampai suatu hari, ketika sedang berlatih aikido, tiba-tiba celana saya robek "besar" ketika lagi ushiro shikko, untung tidak ada yang "melihat." Karena pada saat yang sama, saya dapat perintah untuk membimbing teman-teman yang baru belajar aikido. Sambil menghormat, langsung saja saya minta izin kepada pelatih untuk memakai 'hakam,' yang dioyakan oleh pelatih sambil keheranan, mungkin di pikiran pelatih "Sombong benar anak ini, saya aja gak pakai hakama, dia mau pakai hakama segala, mungkin dia mau gaya-gayaan kali...."

Nah, Hakama saya itu adalah kain sarung yang selalu saya bawa untuk persiapan shalat magrib sesusai latihan, kebetulan warnaya coklat-putih kotak-kotak, pas benar dengan sabuk saya yang sekarang 'coklat.' Ketika saya sudah siap dengan penampilan baru ini, teman-teman pada tertawa Ha.....Ha.....Ha..........

Saya katakan ini bukti mencintai produk dalam negeri, jadi ya model sarungan gini...... dan latihanpun berlanjut seperti biasa. Kalo gak salah, ada seseorang yang sempat mengabadikan aksi saya berbalut hakama sarungan itu. Nanti deh saya minta untuk kenang-kenangan.

Jadi, menurut saya hakama itu bukan sekedar gaya-gayaan atau identitas seorang samurai. Kemungkinan besar itu untuk menutupi robekan pada celana mereka yang diakibatkan banyak sekali gerakan, tarikan dan benturan. Maka itu, lagi-lagi menurut saya, para sensei memakai hakama supaya tidak 'malu' sama murid-muridnya kalo lagi melatih tiba-tiba celananya robek, he...he...he.....

Mungkin begitupula alasannya kenapa para pendekar melayu juga selalu memakai kain sarung selain ikat pinggang, ya suapa bisa jadi 'penutup' sekaligus selimut atau pengusir nyamuk kalo terpaksa tidur di alam terbuka. Dan yang pasti, seperti pengalaman saya, ya untuk bahan 'bersalin' (baca: ganti dogi-baju biasa) dan untuk shalat dalam pakaian yang bersih tentunya.

Bagaimana dengan anda.....?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar