Rabu, November 02, 2011

Semuanya adalah Milik Allah

Kedermawanan Nabi Ibrahim As, yang mengurbankan ribuan kambing setiap tahunnya berakar pada suatu keyakinan, bahwa semuanya adalah milik Allah Swt. Harta kekayaan, dan semua atribut sosial yang disandangnya adalah amanah titipan Allah yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali.

Ada dua cara amanah dan titipan tersebut ditarik kembali dari tangan manusia, yang pertama penarikan yang bisa diprediksi, misalnya adalah ibadah qurban dan zakat. Sedangkan penarikan yang tidak bisa diprediksi misalnya adalah umur dan musibah yang datang secara tiba-tiba.

Akan tetapi, kembali kepada kualitas keimanan bahwa semuanya adalah milik Allah, maka sikap manusia dalam menyikapi penarikan itupun menjadi beragam adanya. Ada yang secara sengaja menunda qurban dan zakatnya karena berbagai alasan yang merujuk pada dangkalnya iman. Sebaliknya, bagi mereka yang ‘mukhlis’ justru bersyukur ketika sebahagian amanah yang ada ditangannya itu kembali ditarik oleh Allah, baik secara tiba-tiba ataupun tidak. Karena mereka mengerti, bahwa beban tanggungjawab mereka tentunya akan semakin ringan dalam pengadilan Allah Swt.

Ketika kita sadar bahwa semuanya adalah milik Allah, maka segala atribut keduniaan menjadi tidak penting untuk diperdebatkan. Menurut Hadist, Allah tidak melihat kepada atribut-atribut fisik, melainkan kepada atribut takwa yang merupakan inti dari pengabdian hamba kepada Khaliknya.

Karena itu, orang-orang beriman tidak akan terjebak pada rangkaian seremoni yang sengaja ditonjol-tonjolkan ke permukaan oleh sebahagian manusia, misalnya saja peringatan hari pahlawan, tanggal unik 11-11-2011, atau juga isu bumi yang semakin padat karena jumlah manusia yang hidup saat ini mencapai angka tujuh milyar jiwa.

Masalah yang sesungguhnya dihadapi manusia saat ini adalah kedangkalan iman, yang kemudian melahirkan tindakan-tindakan serta pikiran yang bersifat dangkal. Korupsi, kapitalisme, nepotisme serta liberalisme merupakan buah dari penolakan terhadap eksistensi Tuhan dalam semua lini kehidupan manusia.

Logikanya, jika Tuhan saja sudah tertolak, apatah lagi manusia-manusia lainnya yang berada di luar lingkaran kekuasaan dan kepentingan. Maka lahirlah berbagai macam pelanggaran dan penindasan. Atribut-atribut fisik berupa kekuatan, kekayaan dan kecantikan menjadi nilai tawar yang penting, sehingga siapapun yang tidak memiliki kekuatan, kekayaan ataupun kecantikan, haruslah digusur dari peradaban kemanusiaan.

Padahal kita semua adalah milik Allah, marilah kita semua kembali kepada Allah secara sukarela sebelum dituntut untuk kembali secara paksa. Mari kita jalankan tugas dan tanggungjawab kita dengan mengutamakan keihklasan sebagai indikator keberhasilan, bukannya prestise atau puja-puji kanan-kiri yang sifatnya semu semata.

Mari kita rapatkan ‘shaf’ Kemenaterian Agama Provinsi Aceh, mari kita tutup rapat celah-celah kesenjangan yang ada sehingga tidak dimanfaakan oleh para pengacau untuk merusak kekhusyu’an kita mengabdi kepada Allah, Negara dan masyrakat. Akhirnya, kita ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. A. Rahman TB, Lt. yang selama ini telah menahkodai kita di Kementerian Agama Provinsi Aceh. Selamat Datang Bapak Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd., nahkoda baru kita dalam melalui gelombang perubahan yang tidak pernah berhenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar