Minggu, November 06, 2011

Korban Iklan


Membaca judul di atas, yang terpikirkan pertama kali adalah seseorang yang terlanjur membeli suatu produk karena terpengaruh iklan, padahal kulitas dan kegunaannya tidak sesuai dengan iklan. Ya, ini mungkin relevan dengan berita yang juga saya baca beberapa waktu lalu di internet, bahwa di India, ada seorang pemuda yang menggugat produsen AXE ke pengadilan karena dianggap tidak ampuh untuk memikat lawan jenisnya sebagaimana banyak ditampilkan di iklan-iklan komersial.

Meski bukan kasus tertipu yang sama, tapi korban iklan yang saya maksudkan di sini juga tiak jauh larinya dari ikon produk di atas "kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda." Tampa sadar, kita, khususnya yang laki-laki telah menjadi korban iklan-iklan komersial yang menonjolkan sensualitas perempuan sebagai media promosinya.

Siapa yang tidak tergoda dengan perempuan? terlebih materi iklan di televisi nasional saat ini sepertinya sudah sangat vulgar, berani menampakkan sebahagian besar aurat perempuan, yang tentu saja sangat berpengaruh pada daya tangkap kaum lelaki.

Parahnya, terkadang iklan tersebut tersisip diantara acara-acara anak-anak, keagamaan, atau acara-acara lainnya, yang mau tidak mau ditonton oleh segenap anggota keluarga. Ungkapan "terserah anda" di atas sepertinya terkesan lepas tangannya pembuat dan penyiar iklan dari dampak buruk yang diderita oleh korbannya, mulai dari anak-anak hingga yang sudah uzur sekalipun.

secara kasar, selaku korban, pemirsa khususnya anak-anak terlanjur menikmati konten atau materi siaran yang tidak sesuai dengan umur dan perkembangan psikologisnya, bagi kalangan yang menjaga ketat nilai-nilai agama Islam, ini justru merupakan serangan telak ke jantung rumah tangga keluarga muslim. Ini zina mata, dan secara tidak langsung juga memepengaruhi cara berinteraksi di dalam keluarga dan masyarakat.

Meski tidak menunjukkan alat kelamin sehingga bisa dianggap porno (hardcore) oleh sebagian orang., materi iklan sabun, shampo, serta produk-produk perawatan kecantikan sudah tergolong softcore (erotis) yang mendorong/memprovokasi kepada level pornografi yang lebih tinggi. Ketika seseorang terobsesi oleh objek tidak sengaja yang dilihatnya, dia akan mencarinya kembali mlalui media-media lainnya yang saat ini sangat mudah diperoleh, komputer, hape, majalah, dan internet.

Sepertinya fenomena ini terabaikan dari proses pembendungan pornografi, baik melalui undang-undang mapun melalui langkah-langkah kebijakan yang diambil oleh Pak Tifatul, menteri telekomunikasi.

Meski secara teoritis, agama memiliki setumpuk solusi untuk masalah ini, namun iklan dan penampakan yang terus menerus dari 'lklan zina' ini sungguh merupakan tantangan yang besar bagi kaum muslimin. Apalagi kondisi keimanan kita yang tidak selalu stabil, boleh jadi pada saat imannya labil dan devisit, iklan ini memberi kontribusi besar pada diaksesnya konten-konten yang lebih serius.

Kita bertaubat kepada Allah dari kelalaian dan kezaliman pada diri sendiri, kita memohon perlindungan Allah dari dorongan nafsu yang tidak terkendali, dan dari fitnah akhir zaman yang tiada henti.

Kita memohon semoga saudara-saudari kita yang lainnya, khususnya generasi mendatang diberi kekuatan ekstra oleh Allah untuk menghadapi 'penyakit' ini yang bisa jadi lebih canggih di masa-masa mendatang.

Apakah anda juga pernah jadi korbannya???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar