Selasa, Desember 21, 2010

Mengenal Sensei





Sensei adalah ungkapan kehormatan yang kira-kira semakna dengan guru. Seseorang menjadi Sensei atau Guru karena memiliki beberapa kualitas, antara lain lebih tua, lebih banyak tahu, lebih berpengalaman, dan yang terpenting adalah bisa memberi contoh dan mentransfer ilmunya kepada orang lain.

Dalam salah satu tugas kedinasan di Bandung, saya berkesempatan berjumpa dengan Sensei Ganamurti, Guru Besar Aikido di IAI (Institut Aikido Indonesia). Sebagai salah seorang aikidoka pemula, saya tentu merasa beruntung sekali.

Awalnya saya merasa kikuk ketika memberitahukan rencana saya untuk menemui beliau, tapi dengan santai beliau meminta saya untuk menanti di Bandung, tidak mesti ke Jakarta. Wah, sensei Gana tidak sok wibawa rupanya.

Jum'at malam, 17 Desember, beliau mengunjungi saya di Hotel Horison Bandung, tempat di mana saya sedang mengikuti pelatihan kedinasan. Penampilannya biasa-biasa saja, masak sih ini seorang sensei Aikido yang bahkan disegani oleh orang Jepang.... pikir saya.

Kami duduk di lobi hotel dan saling memperkenalkan diri, lalu dilanjutkan dengan obrolan yang sepertinya mengalir begitu saja, seakan-akan kami telah mengenal begitu lama, tidak ada jarak antara saya dengan Sensei, kecuali tentu umur dan pengetahuannya.

Pertemuan kami terhenti karena beliau meminta saya kembali mengikuti kegiatan sesuai dengan schedule yang telah ditetapkan. Beliau tidak mau kehadirannya mengganggu aktivitas saya. Kami berjanji bertemu kembali esok hari, sabtu.

Malam itu kegiatan kami selesai, sehingga keesokan harinya, kami leluasa untuk 'menjelajahi' kota Bandung, yang menurut sensei Gana, adalah kota kelahiran dan tempat beliau tumbuh besar. Tapi saya sudah 30 tahun tidak mengunjungi kota ini, kata sensei.

Kami ditemani oleh teman kecil sensei ketika SMP, Pak Yuyun, demikian nama panggilan yang digunakan sensei untuk teman akrabnya ini. Meskipun mereka sudah sama-sama berumur, tapi lagaknya masih seperti anak muda saja, kompak, setia, humoris, dan yang paling penting, mereka tidak menganggap saya sebagai 'anak kecil,' saya merasa berada di antara keluarga saya sendiri.

Dari Horison, pertemuan sederhana ini berubah menjadi diskusi yang serius tentang berbagai hal, yaitu tentang belajar makana hidup yang lebih luas dari aikido sendiri. Diskusi kami terpaksa diakhiri di jl. Ciampelas, karena pak Yuyun kurang sehat, hari juga telah menjelang magrib, dan saya juga belum sempat berbelanja oleh-oleh untuk kawan-kawan di Kantor.

Setibanya di Jakarta, dengan mempergunakan KA Argo-Parahiyangan, saya memulai tidur saya dengan sebuah renungan. Ternyata, seorang sensei tidak pernah berhenti belajar......

Karena tidak memperoleh tiket untuk segera kembali ke Banda Aceh, maka saya 'terpaksa' menginap beberapa hari di Jakarta. Kesempatan ini saya manfaatkan untuk mengenal Sensei Gana lebih jauh, dan tentunya juga berlatih aikido langsung dengan beliau.

Wah, ada banyak sekali ilmu yang saya peroleh dari pengalaman hidup beliau yang sangat 'kaya' sekali, mudah-mudahan saja, saya tidak melupakan semuanya, dan pada suatu saat juga bisa menjadi seorang 'Sensei' seperti Pak Gana, terima kasih, pak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar