Senin, Februari 06, 2012

Ketika Saya Seorang Shodan


Akhir Januari yang lalu, saya dan seorang sempai (senior) mengikuti ujian shodan di Jakarta. Alhamdulillah, menurut pernyataan Guru Besar kami, Ganamurti Sensei, semua yang ikut ujian kemarin dinyatakan lulus, yaitu 16 orang shodan (sabuk hitam tingkat 1), 4 orang Nidan (sabuk hitam tingkat 2) dan 1 orang Sandan (sabuk hitam tingkat 3). Beladiri yang selama ini kami seriusi adalah aikido.

Lantas kalo sudah shodan ngapain, apa sudah bisa pamer, sudah bisa mendikte teknik, atau juga menerima tantangan dari yang lain? Beberapa pertanyaan itu memang muncul, baik dari diri saya pribadi, maupun dari kawan-kawan yang lain.

Salah seorang senior menasehati, sabuk hitam itu (shodan) belum ada apa-apanya, itu hanya sekedar penghargaan atas dedikasi kamu berlatih dengan tekun selama sekian lama, itu belum bisa dijadikan ukuran penguasana teknik dan kematangan mental. Ente justru baru memulai dan baru akan dinilai dengan serius apakah dedikasinya selama ini serius atau hanya sekedar cari gengsi saja.

Benar, harus saya akui bahwa teknik dan mental saya memang belum matang, dan nasehat ini saya kira datang tepat waktunya, untuk menyelamatkan saya dari lupa diri dan rasa bangga yang berlebihan, mengingat untuk mencapai shodan saja butuh pengorbanan yang lumayan, baik fisik, waktu, materi dan juga mental.

Tapi saya juga harus jujur kalo sabuk hitam ini juga suatu prestise dan tentunya mempengaruhi image dojo di mana saya berlatih dan melatih kawan-kawan yang lainnya. Sepertinya ada keberanian lebih untuk melakukan intervensi teknik bagi yang lebih junior, juga untuk interupsi di antara para senior, he….he…... sabuk hitam gitu loh….

Masya Allah, mudah-mudahan ini bukan bagian dari riya, takabur dan sifat-sifat tercela lainnya. Ibarat wisuda sarjana S1, ijazah ini memang meupakan suatu bukti atas beberapa kompetensi yang telah kita kuasai, meskipun belum tentu memadai untuk menutupi kebutuhan rill di dunia nyata, misalnya dunia kerja, hubungan sosial, dan lain-lain.

Demikian pula lebih kurang dengan sabuk hitam saya, saya masih harus belajar banyak untuk bisa layak dengan tuntutan rill dunia nyata, juga tentunya untuk terus berkembang, bukankah masih banyak tantangan untuk bisa naik tingkat ke Nidan, Sandan, dan juga Yondan???

Selain itu, saya pribadi juga punya misi yang harus saya wujudkan, khususnya setelah saya sudah sabuk hitam dan pegang dojo sendiri, yaitu niatan untuk membersihkan aikido dari unsur syirik.

Tujuan saya ini bukanlah untuk mengubah atau merusak aikido dari apa adanya, justru saya hendak menyempurnakan aikido itu menjadi lebih baik, khususnya filosofinya yang pantas untuk dipahami dan direnungi oleh sebagian paraktisi, khususnya saya dan rekan-rekan saya di dojo yang beragama Islam. Toh bagi non muslim juga tidak ada larangan untuk ikut belajar.

Sekali lagi, tujuan saya hanya untuk meluruskan pemahaman saja bahwa sebagai muslim kita terikat dengan tauhid dan syariat. Jadi tidak boleh mentah-mentah menerima begitu saja unsur-unsur asing meskipun kita merasa nyaman dengannya, harus ada upaya untuk klarifikasi, tabayyun dengan ajaran agama, dengan al-Quran dan juga sunnah Nabi SAW.

Shodan oh shodan, jadi eforia saya…. He….he…..he…..

Sebagai pengingat, sabuk hitam yang baru saya beli, saya bawa ke tukang bordir. Di satu sisi minta dibordir kanji Jepang dan Latin dengan bunyi Aikido, supaya yang lain-lain kalo lihat bisa tau ini latihan aikido, bukan karate atau kempo yang selama ini lebih populer di masyarakat umum.

Di sisi lainnya, saya minta dibordirkan suatu logo yang berbunyi Aikido Islami, sekali lagi ini bukan untuk pamer, tapi untuk mengingatkan saya kalo saya punya kewajiban untuk mengatkan diri dan saudara-saudara saya yang muslim untuk beriman secara kaffah, termasuk juga waktu latihan aikido.

Saya akhiri dengan kutipan dari al-Quran, Allah berfirman : Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan sebagai muslim.

Wallahu waliyuttaufiq wal hidayah, wallahu a’lamu bishshawab…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar