Jumat, Oktober 21, 2011

Bulan Haram Berperang

Perang mungkin sudah menjadi bagian dari sejarah manusia, dari zaman purbakala yang sering disebut sebagai kurang beradab (saya kira ini stereotype) hingga zaman modern yang sangat beradab. Perang selalu saja terjadi di mana-mana dalam intensitas yang beragam, baik korban maupun perangkat senjata yang digunakan.

Sejarah awal Islam juga tidak lepas dari peperangan, baik kecil mauapun besar, khususnya setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah, dan kaum muslimin memiliki kekuatan yang dapat diandalkan dalam suatu medan pertempuran.

Karenanya, perang juga mendapat perhatian dalam fiqih Islam, ada aturan mainnya, ada batas-batasan yang tidak boleh dilanggar. Perang bukan sekedar membunuh atau dibunuh, dalam Islam, perang adalah metode darurat dalam mempertahankan eksistensi yang suci, jadi mesti dilakukan juga dengan hati-hati.

Salah satu aturan perang yang diketahui oleh seluruh kaum jahiliyah, dan juga merupakan bagian dari ajaran Islam adalah larangan berperang pada bulan-bulan haram, yaitu bulan Zulqa'dah, Zulhijjah, Muharram (saling berurutan) dan bulan Rajab. Melakukan agresi pada bulan haram ini merupakan suatu kesalahan (QS. Al-Baqarah ayat 217).

Ayat di atas mencela kaum muslimin yang terlanjur melakukan agresi pada bulan haram, padahal, mereka adalah orang-orang yang terusir dari kampung alaman mereka sendiri. Ini tentu menjadi satu petunjuk bahwa ketentuan larangan berperang pada bulan-bulan ini merupakan sesuatu yang sangat penting di sisi Allah. Kecuali mempertahankan diri dari serangan musuh, tidak boleh memulai agresi pada bulan-bulan ini dengan alasan apapun.

Akan tetapi, di zaman modern ini, larangan berperang di bulan haram sepertinya sudah diabaikan sama sekali. Terakhir, kita menyaksikan pertumpahan darah di Libya, mereka tidak peduli dengan bulan haram, padahal mereka semua adalah kaum muslimin, atau jangan-jangan mereka memang sudah terlanjur terjasud oleh musuh-musuh Islam.

Apa tujuan Allah mengharamkan perang pada bulan-bulan ini? kita juga tidak bisa menjawabnya secara pasti. Akan tetapi, sebagaimana larangan-larangan lainnya, ini merupakan suatu ujian, cobaan dan tantangan yang apabila diindahkan oleh manusia (khususnya orang beriman) akan membawa kita pada derajat kehidupan yang lebih baik secara individu dan sosial.

Secara jujur, bila kita bercermin pada sejarah arab jahiliyah, ketentuan larangan berperang pada bulan-bulan haram ini telah memberi ruang bagi hadirnya kedamaian, keberlangsungan hidup, perputaran ekonomi, berkembanganya ilmu pengetahuan dan seni, serta yang lebih penting adalah terpeliharanya nyawa sebagai sesuatu yang asasi bagi kehidupan manusia, apapun kepercayaannya, dan dimanapun mereka berada.

Dunia yang tidak pernah berhenti berkonflik akan mengalami kelelahan secara lahir dan batin, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas kemanusiaan, sehingga meskipun dengan bangga kita slalu memproklamirkan diri sebagai manusia yang paling beradab, padahal secara perlahan kita sedang terjun kedalam kenistaan peradaban.

Mungkin perang memang tidak pernah bisa dihentikan, tapi tanpa konsep tentang perdamaan dan batas-batas yang tidak boleh dilanggar oleh sebuah 'laku perang', maka jangan harap kita bisa hidup secara rukun, damai dan tentram di dunia ini.

Mari, hentikan semua konflik dan perang di bulan-bulan haram ini, semoga selalu ada ruang bagi kedamaian dan 'kebebasan' bagi terpeliharanya keimanan dan kemanusiaan.

Wallahu a'lam, wallahu muwafiqut thariq....